Suasana hati Lee Yoo Joon hari ini berubah tidak baik. Dia harus mengulang pengambilan gambar berkali-kali karena konsentrasinya terganggu. Sang sutradara bahkan tidak segan menegur dirinya cukup keras.
“Yoo Joon ah. Ada apa denganmu hari ini? Kau tidak seperti biasanya. Apa kau sakit?” Si Sutradara berjalan mendekati dia dan mengamati wajahnya dengan seksama.
Yoo Joon menggeleng. “Maafkan aku. Beri aku waktu sepuluh menit. Setelah itu aku berjanji akan menyelesaikan pekerjaan hari ini dengan baik.”
Sutradara tidak berbicara lagi. Dia lantas meninggalkan Yoo Joon sendirian. Dia sangat mengenal Yoo Joon. Aktor itu sangat profesional. Dia akan memaafkan kesalahan Yoo Joon hari ini.
Yoo Joon pergi menjauh sedikit dari lokasi pengambilan gambar. Dia tidak habis pikir, biasanya dia tidak akan seperti ini. Pekerjaannya selalu memuaskan. Sutradara tidak pernah menegurnya karena dia jarang melakukan kesalahan.
“Semua karena keberadaan Chaeyong di sini,” gumam Yoo Joon sambil menahan kesal. Kalau saja gadis itu tidak muncul di hadapannya, mungkin semua bisa berjalan lancar.
Seolah sedang melakukan telepati, mendadak dari ekor matanya Yoo Joon melihat Chaeyong berjalan ke arahnya. Dia ingin segera pergi dan menghampiri sutradara untuk menghindari gadis itu. Tapi, itu sudah terlambat. Kini Chaeyong telah berdiri tepat di hadapannya, tersenyum dengan manik matanya yang berbinar.
“Kau pasti haus. Aku membelikanmu ini.” Chaeyong mengulurkan sebotol minuman isotonik rasa lemon.
Yoo Joon tertegun selama beberapa saat. Chaeyong membawakan minuman kesuakaannya. Dia lalu mengambil botol minuman itu dan segera meneguk isinya.
“Kau tidak usah gede rasa,” celetuk Chaeyong saat melihat Yoo Joon hampir menghabiskan minumannya. “Aku membelinya karena hanya itu yang ada di minimarket terdekat.”
Uhuk.
Yoo Joon tersedak setelah mendengar celetukan Chaeyong. Air yang dia minum sempat masuk ke dalam hidungnya dan membuatnya merasa nyeri. Matanya melotot menatap Chaeyong.
Tanpa rasa bersalah telah menyebabkan Yoo Joon tersedak, Chaeyong memalingkan wajahnya. Dia tidak berani membalas tatapan Yoo Joon yang sangat mematikan itu.
“Ini.” Yoo Joon menjejalkan botol minuman itu ke tangan Chaeyong, lalu dia berkata, “Lain kali kau tidak usah memberiku minuman ini bila aku tidak memintanya.”