Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #25

25-The Private Bodyguard

 

Bavik tidak mengucapkan sepatah kata pun menanggapi omongan Otong, tapi ia tetap menuruti, memegang besi behel itu erat-erat dengan kedua tangannya, seolah-olah hendak naik ke planet Mars tanpa sabuk pengaman.

Duduknya kokoh, tak mudah terjatuh, seperti patung Singa di alun-alun kota. Otong pun melajukan sepeda motornya perlahan-lahan, sangat berhati-hati, seolah-olah sedang mengangkut telur puyuh yang sedang galau.

Setelah melintasi beberapa tikungan dan lorong kehidupan, akhirnya mereka tiba di markas besar tempat kursus yang bernama Citra Komputer. Otong memarkirkan motornya dengan gaya pahlawan super yang baru pulang tugas.

Seorang tukang parkir datang dengan jurus ‘tarik dan rapikan’, lalu Otong mengunci helm dan stang seperti seorang agen rahasia yang sedang menyimpan senjata.

Ia menggandeng Bavik masuk ke dalam. Petugas pendaftar di balik meja adalah seorang Amoy, perempuan muda keturunan Tionghoa, yang wajahnya mirip bintang sinetron, usianya kira-kira baru lulus SLTA, atau mungkin masih mengulang ujian nasional.

Ia melayani Otong dan Bavik dengan senyum semanis teh tarik.

Karena Bavik belum lulus mata kuliah “Berurusan dengan Orang Baru 101”, maka Otong-lah yang menjadi juru bicara, menerjemahkan kecemasan Bavik ke dalam bahasa administrasi. Akhirnya, disepakatilah: Bavik akan ikut kursus MS Word dan MS Excel, paket siang hari selama tiga bulan. Cukup agar Bavik tak perlu pulang malam seperti kakaknya Cinderella komplek.

Setelah urusan selesai, Otong bertanya dengan gaya seorang mentor penuh tanggung jawab.

"Rencana pulang pergi kamu gimana, Vik?"

"Naik oplet aja, Bang," jawab Bavik, polos seperti anak ayam baru netas.

Mendengar itu, Otong langsung buka kelas privat: Tutorial Naik Oplet untuk Pemula. Ia membonceng Bavik ke terminal oplet menuju arah Kota Baru. Untung jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kursus.

Sambil menyetir pelan-pelan, Otong menjelaskan peta kehidupan oplet di kota ini.

"Bagaimana, sudah ingat?" tanya Otong, memelankan motornya.

"Rasanya sudah, Bang," jawab Bavik, kini mulai nyaman berbicara dengan lelaki itu.

"Yang penting, sebelum naik oplet, lihat dulu tulisannya. Biar kamu tahu jurusannya. Ingat, rumah kalian di Kota Baru. Jadi, cari oplet warna hijau tua dengan tulisan ‘Kota Baru–Kapuas Indah’. Kalau udah naik, bilang ke sopir atau kondektur, minta diturunin di gang atau jalan tujuanmu. Tapi tetap lihat-lihat ya, jangan sampai kelewatan."

"Ya, Bang."

"Kalau nanti kamu nunggu di Jalan Jawa, perhatikan baik-baik warna dan tulisan oplet yang lewat. Jangan sampai salah jurusan."

"Ya, Bang."

Otong menatap Bavik yang mengangguk patuh, lalu bertanya, "Kita pulang sekarang?"

"Terserah Abang."

"Kok terserah?"

Lihat selengkapnya