Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #29

29-Makan Mie Pedas Karena Patah Hati

 

Otong masih berbaring ditempat tidurnya. Dia menatap langit-langit rumah kosnya itu yang dipasang platfon dari plywood 3 mm, sehingga panas matahari masih terasa mampu menembusnya. Karena atap rumah itu terbuat dari seng, tanpa dilapisi papan tebal dibawahnya.

Hatinya terasa sangat sedih, karena dia teringat segalanya tentang hari kemarin. Dia ingat dengan jelas ketika sepasang kekasih itu baru keluar rumah, wajah mereka menampakkan orang yang sangat terangsang.

Artinya mereka berdua bercumbu di dalam. Apakah masih pantas dia mendapatkan Bavik? Apakah memang mereka berdua sudah terbiasa melakukannya? Artinya … Artinya… apakah itu pertanda bahwa Bavik sudah tidak perawan lagi?

Aah, Fuck everything. Karena mencari wanita yang masih perawan dewasa ini sangatlah susah. Bahkan sejak sekolah dasar saja sudah banyak wanita yang kehilangan kegadisannya. Bahkan di Barat sana itu justru sangat aneh jika seorang wanita masih perawan ketika dia sudah dewasa.

Tetapi ini Indonesia, tidak bisa disamakan dengan Barat. Dan itu bukan karena Agama, tetapi budaya. Karena tidak ada satu agamapun yang mengijinkan perjinahan.

Lalu kalau Bavik sudah tidak perawan lagi, apakah masih berharga bagi dirinya? Aah, suka hati dia lah. Dia mencintai Bavik, bukan karena perawannya. Dia sangat cinta dengan gadis itu, yang penting setelah menikah dengan dirinya dia tidak boleh lagi mengulangi perbuatan tidak senonohnya itu.

Biarlah dia tidak perawan lagi, yang penting dirinya tetap menjaga gadis itu. Otong pun berjanji dalam hatinya, jika seandainya gadis itu bisa direbutnya kembali, maka dia bertekat tidak menyentuhnya sebelum mereka sudah resmi menjadi suami isteri.

Dewasa ini dunia ini penuh kemunafikan, karena rata-rata para gadis di depan umum seperti orang suci, tetapi di dalamnya sudah seperti jalan tol Jakarta-Surabaya. Jangankan satu jari, kepalan tangan pun sudah bisa lolos.

Jadi, Otong memutuskan, dia tetap cinta Bavik . Apa pun yang terjadi. Karena susah mencari wanita selembut dan sebaik Bavik. Meskipun seandainya hubungan Bavik dengan Surya sudah terlalu jauh, dia akan menerima Bavik apa adanya.

Karena sekarang itu sudah mencari seorang wanita yang masih gadis ketika menikah. Meskipun masih ada, tetapi itu paling satu diantara seratus juta.

Memikir kan hal itu, Otong lalu bangun dari tempat tidurnya, pergi ke WC untuk buang air besar sambil mandi. Kemudian dia menyikat gigi dan keluar WC serta langsung berganti pakaian.

Kawan-kawannya satu kostnya sepertinya sudah pergi kuliah semua. Otong mengambil dompetnya dan keluar dengan tidak lupa menutup pintu rumah.

Otong berjalan kaki menuju warung langganan mereka yang terletak sekitar dua ratus meter di depan rumah kost mereka, untuk sarapan dulu di sana.

“Kopi satu, Mbak Surti,” kata Otong memesan kopi dengan penjaganya.

Mbak Surti ini adalah pemilik warung ini dan sekaligus penjaganya. Dia sudah sangat kenal dengan para anak mahasiswa yang kost di sekitar sini. Bahkan mereka suka menggodanya, karena mbak Surti di usianya yang tiga puluhan masih belum menikah.

Apalagi tubuhnya yang bahenol dan suka mengenakan pakaian you can see almost everything.

Bahkan banyak kawan-kawan kuliah mereka mengatakan kalau mbak Surti ini bisa ‘di pakai’. Tetapi Otong tidak pernah mau menggodanya, karena memang bukan sifat Otong nakal seperti itu.

Selain itu juga dia harus tetap menjaga kesucian tubuhnya, dia tidak mau mengotori tubuhnya dengan jinah ataupun bermain dengan wanita PSK.

“Kopi manis atau kopi pahit?” tanya Mbak Surti menanyakan Otong apakah kopi diberi gula atau tanpa gula.

Lihat selengkapnya