"Dek ..., aku ingin merasakannya," bisik Ho Chi Minh dengan suara lirih dan sangat perlahan takut ke dengaran para penumpang lainnya.
"Gila kamu. Berbuat begitu di dalam bus? Jangan. Kita tidak boleh melampaui batas sebelum menikah. Itu sudah jelas zina," jawab Bavik dengan nada serius dengan berbisik juga.
"Ah, apa bedanya? Kita sudah sama-sama ingin merasa, kan? Katanya, kalau keinginan sudah muncul di hati, itu pun sudah dihitung dosa, padahal kita berdua sudah sama-sama bergairah tinggi," balas Ho Chi Minh , mencoba berkilah.
"Memang. Tapi beda. Keinginan itu belum terlaksana, sementara nafsu itu manusiawi. Tapi aku tetap ingin menjaga kehormatanku sampai sah jadi istrimu nanti."
Ho Chi Minh merasakan dirinya sangat merana, karena sudah berjam-jam saling mengelus, sehingga membuat dirinya tegangan tinggi.
"Kalau begitu, kapan kita menikah?"
"Aku sudah berencana membicarakan ini dengan orang tuaku. Kalau mereka setuju, kamu bisa segera melamarku. Setelah itu, silakan kita jungkir balik atau kamu ajak aku lari keliling dunia pun akan aku layani," jawab Bavik sambil tersenyum penuh teka-teki.
"Kenapa bukan sekarang? Aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu," bujuk Ho Chi Minh lagi dengan lembut.
"Bukan karena aku tidak percaya padamu. Tapi... untuk hal seperti ini, aku punya prinsip," ujar Bavik tegas. “Sebelum resmi menikah, tidak boleh melakukannya.”
“Tetapi para pasangan lain banyak yang telah melakukannya, meskipun belum resmi menikah?”
“Itu terserah mereka, itu urusan mereka. Tapi aku tidak bisa!”
Ho Chi Minh membayangkan, karena dirinya sangat tampan, sudah tidak terhitung gadis yang telah berhubungan dengannya, semenjak dia pandai pacaran. Apakah mereka masih gadis atau telah terbiasa.
Akhirnya Ho Chi Minh hanya bisa pasrah. Meski hatinya mendidih dan pikirannya melayang ke segala penjuru, dia mencoba menenangkan diri. Setidaknya, dia bisa merasa lega.
Artinya, Bavik memang belum pernah melakukan hal istimewa itu dengan siapa pun, termasuk dengan Otong . Dalam diam, ia menghibur dirinya sendiri.
Dia akhirnya menyediakan kain dan menyelesaikannya sendiri. Sehingga beberapa menit kemudian dirinya merasa lega. Yang tidak dia sadari, di dalam bus yang cukup sempit itu, aromanya menyebar ke segala arah.