Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #45

45-Menghadap HRD

 

“Oh, sudah di sini semua rupanya. Selamat ya. Sudah lulus, selamat bergabung,” ujar seorang pria tinggi besar dengan suara seperti stereo system.

“Terima kasih,” jawab ketiganya sambil bergiliran menyalami sang kepala bagian, yang tinggi badannya seolah hasil mutasi dari gen jerapah dan manusia.

Meski Lie Shimin Sanjaya dan Situmorang tingginya sekitar 170 cm, pria ini tetap tampak menjulang seperti monumen. Perkiraan Otong, tinggi si bapak bisa tembus 190 cm. Otong sendiri?

Ya, si mungil 165 cm, resmi jadi bonsai dalam formasi.

“Oh, ya. Sekarang kalian bertiga diminta menghadap manajer HRD,” lanjut pria itu.

“Siap, Pak!” sahut mereka serempak seperti pasukan tentara baru dilantik.

“Mari, ikuti saya.”

Mereka pun bangkit dan mengikuti langkah sang kepala bagian, menyusuri lorong luar ruangan. Jalanan disemen rapi tapi tak beratap, jadi matahari pun ikut jadi saksi perjuangan mereka.

Tak lama, mereka sampai di gedung lain yang aura kemewahannya langsung terasa. Di depan gedung itu, mobil-mobil elegan seperti BMW, Mercy, dan Lexus berjejer manja. Lexus itu, katanya sih, dulunya memang “anak sultan”-nya Toyota.

Sang kepala bagian mengetuk pintu, lalu membuka dengan sopan. Di dalam, berdiri seorang pria berkulit putih, tinggi sekitar 185 cm, sedang berbicara di telepon. Sambil terus ngobrol, ia memberi isyarat tangan agar mereka duduk. Setelah telepon ditutup, senyumnya merekah seperti mentari pagi.

“Lapor, Pak. Ini karyawan baru yang lulus seleksi kemarin,” kata kepala bagian.

“Oh, ya,” balas sang manajer HRD. “Selamat bergabung di perusahaan kami, ya.”

“Terima kasih, Pak,” ujar mereka bertiga serempak, seperti paduan suara versi karyawan magang.

“Perlu saya informasikan, sebelum kalian ditempatkan...” Ia berhenti sejenak, memandangi mereka. “Eh, kalian sudah tahu akan ditempatkan di mana?”

“Sudah, Pak. Di Ketapang,” jawab Situmorang dengan mantap, penuh percaya diri.

“Tahu di mana Ketapang?”

“Tahu, Pak. Di Jawa Timur,” lanjut Situmorang.

Sang manajer tersenyum miring, lalu menatap Lie Sanjaya. “Kamu?”

“Tak tahu, Pak,” jawab Lie polos sambil geleng-geleng kepala seperti anak kecil kehilangan mainan.

“Kamu?” kini tatapannya beralih ke Otong .

“Di bagian selatan Provinsi Kalimantan Barat, Pak.”

“Benar. Seratus untukmu.”

Lihat selengkapnya