“Untuk sewa pontonnya saja, satu hari saja bisa melebih satu setengah miliar,” kata Pak Hasnol tenang tapi tajam. “Bisa kamu bayangkan jika selama sebulan atau setahun…”
“Satu setengah miliar? Buat satu hari? Astaga naga!” Otong hampir menjatuhkan kopi di tangannya. “Oh my God… Jika masyarakat biasa, cari 10k saja satu hari kepayahan.”
“Yap. Itulah tantangan besar yang bikin perusahaan kadang harus jungkir balik cari cara. Itu baru sewa ponton, belum termasuk biaya tarik tug boat, logistik, gaji karyawan, biaya operasional, dan biaya-biaya gelap yang kayak ninja.”
“Datangnya diam-diam tapi nyedot duit luar biasa. Belum lagi yang namanya ‘sumbangan’, judulnya sih sumbangan, tapi isinya pemaksaan halus pakai senyum menawan.”
“Oalah...” Otong menunduk, merasa sedikit bersalah karena selama ini berpikir perusahaan cuma cari untung gede. “Saya benar-benar nggak tahu, Pak.”
“Ya, begitulah dunia bisnis, Nak,” lanjut Pak Hasnol, sambil memutar bolpoin di jarinya. “Dari luar kelihatan megah, tapi dalamnya sering megap-megap. Yang penting bisa tetap jalan dan gaji karyawan tetap lancar.”
“Kalau plywood kita itu dijual ke mana aja sih, Pak?”
“Sebagian buat pasar lokal, sebagian diekspor.”
“Kalau ekspor, ke negara mana aja tuh?”
“Singapura, Jepang, Hong Kong, Amerika Serikat, kadang juga Korea Selatan. Tapi yang terakhir ini... agak ribet.”
“Maksud Bapak, ribet gimana?”
“Orang Korea itu cerewetnya bisa ngalahin emak-emak pasar yang lagi nego harga ikan. Mereka maunya kualitas nomor satu, kinclong, nggak boleh ada cacat secuil pun. Kalau ada sedikit aja yang kurang, dikembalikan. Daripada balik-balik, ya mending jual ke yang lain.”
“Ooh...”
“Makanya, plywood itu dibagi gradenya: A, B, C, D, dan afkir,” jelas Pak Hasnol. “Yang grade A khusus buat ekspor, selebihnya untuk dalam negeri.”
“Wah, kasihan juga konsumen lokal ya, Pak?”
“Yah, namanya juga awam. Mereka beli dengan bangga, padahal dapat grade C atau bahkan afkir. Banyak toko juga ambil yang afkir karena lebih murah, terus dijual mahal. Untungnya, tahu sendiri... gede kayak kepala dinosaurus.”
“Saya perhatikan juga ketebalannya nggak sama ya, Pak?”
“Betul. Plywood itu ketebalannya mulai dari 3 mm sampai 32 mm. Tapi seringkali, yang 3 mm cuma 2,6 mm. Semua disesuaikan dengan permintaan dan... yah, akal-akalan.”
“Jadi, diakali juga ya?”
“Kalau ekspor ke Korea? Nggak bisa. Mereka bawa Sigma, ukur satu-satu. Kurang 0,1 mm aja, dicoret langsung. Mereka cuma mau yang benar-benar sesuai spek.”