Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #68

68-Tak Ada Tempat Yang Kotor Bagi Tuhan


Di suatu sore yang teduh, saat matahari tampak mulai bersolek menuju peraduan, Otong teringat kembali akan percakapan yang pernah terjadi antara dirinya, Bavik, dan seorang Romo yang telah memberi terang dalam salah satu babak tergelap kehidupan mereka.

Percakapan itu terjadi di gedung pastoran sebelum membawa Romo itu ke tempat mess perusahaan yang mereka tempati. Kala itu, angin seolah ikut mendengarkan, dan suasana mendadak hening seperti semesta tengah menahan napas.

“Malaikat itu sengaja turun ke bumi,” ujar Romo lembut, “untuk mencari umat Katolik yang masih tekun berdoa. Mereka datang untuk meminta bantuan doa, agar arwah-arwah yang tersangkut di Api Penyucian bisa segera dibebaskan.”

“Ooh, begitu ya, Romo,” sahut Otong yang saat itu berusaha mencerna informasi yang cukup... supranatural.

“Nah, maukah kalian menolong mereka?” lanjut Romo, menatap Otong dan Bavik bergantian.

Bavik yang duduk bersila di lantai karpet tipis itu, mengangkat alis. “Maksud Romo bagaimana, ya?” tanyanya pelan, agak bingung tapi sopan.

Romo tersenyum bijak, seperti Dumbledore versi Indonesia. “Anakku, dewasa ini manusia terlalu sibuk mengejar benda-benda dan kenikmatan duniawi. Sehingga sangat jarang yang masih meluangkan waktu untuk berdoa.

Banyak pula yang telah lupa pada Tuhan. Tetapi kalian berdua masih setia, masih rutin berdoa, bahkan masih sempat memeriksa batin sebelum tidur malam.”

Bavik dan Otong saling pandang. Lalu Otong menepuk dada dengan bangga, “Wah, ketahuan juga ya, Romo, kalau kami masih sering curhat sama Tuhan tiap malam.”

“Justru karena itulah,” lanjut Romo. “Kalian bisa membantu.”

“Caranya gimana, Romo?” tanya Bavik .

“Dengan berdoa setiap hari selama satu tahun penuh. Tak boleh bolong. Selain itu, berpuasa, berpantang, dan sedikit bermati raga.”

Otong terperanjat. “Waduh, setahun penuh? Itu mah bukan mati raga, Romo, tapi bisa mati sungguhan!”

Romo tertawa kecil. “Bukan puasa seperti saudara-saudari kita umat Muslim, Nak. Kalian cukup berpuasa penuh hanya pada hari Senin dan Kamis, seperti yang dilakukan Daud, Raja orang Yahudi, tiga ribu tahun yang lalu. Hari lain, cukup mengurangi makan saja. Dan selama setahun itu, kalian tidak boleh makan daging kecuali ikan.”

“Ooh,” desah Otong yang baru bergabung dalam percakapan. “Kalau cuma begitu, insya… eh, Puji Tuhan, bisa lah Romo!”

“Nah, kan bisa.” Romo tersenyum lebar. “Ini semua demi menolong arwah yang masih berada di Api Penyucian. Jika mereka sudah bebas, mereka akan balik mendoakan kalian supaya masuk surga.”

“Bisa, Romo. Bisa,” tukas Otong tanpa ragu, suaranya seperti ingin langsung membuka puasa hari itu juga.

“Terima kasih, anak-anakku. Tapi seandainya nanti kalian tidak sanggup berdua, cukup salah satu yang konsisten pun sudah cukup.”

“Baik, Romo,” jawab Bavik mantap.

Lihat selengkapnya