Saat ngidam seperti sekarang ini, Otong bisa melihat jika isterinya ingin sekali di puji dan dibanggakan, sehingga tidak mungkinlah dia mengatakan ini dan itu jelek dari pekerjaan istrinya.
Tidak kebayang bagaimana kecewa dan murka isterinya nanti. Karena Otong sering mendengar jika seorang yang sedang hamil itu katanya sering mengidam bahkan banyak meminta yang aneh-aneh.
Jika barang yang diinginkannya tidak terpenuhi maka dia kan marah-marah. Jadi toh tidak ada ruginya memujinya, meskipun dia sama sekali tidak melihat ada keindahan di situ.
Hari itu kembali Otong duduk bersama istrinya dan melihat dinding dapur mereka yang sudah seperti permen nano-nano; asam, manis, asin dan pahit.
Meskipun dinding dapur mereka ini sudah lebih mirip sebuah kanvas, tetapi tentu saja Otong tidak akan mengecewakan isterinya.
“Baguslah, Dek. Sangat bagus. Tetapi yang gue khawatirkan itu adalah loe terjatuh ketika sedang mengecat. “Loe bayangkan, seandainya diri loe terjatuh, lalu siapa yang bisa menolong?”
“Ya sih, Bang.”
“Nah, ingat ya, besok jangan lagi mengecat.”
“Ya deh, Bang.”
Otong lalu memperhatikan wajah dan tangan isterinya yang di sana sini masih berlepotan dengan cat warna warni, “sini tangan loe, abang bersihkan!”
Dia mengambil beberapa kain katun yang sudah buruk dan mengoleskannya dengan minyak makan, lalu dia membersihkan tangan isterinya itu. Demikian juga yang dia lakukan dengan wajah isterinya yang juga ada beberapa tempat terkena percikan cat minyak itu.
Tapi tidak semudah itu membersihkannya, tidak semua bagian yang terpercik cat itu bisa dibersihkan secara tuntas dengan minyak goreng itu, karena sebenarnya cairan yang lebih bagus digunakan untuk membersihkannya adalah dengan minyak tanah.
Tetapi dewasa ini semenjak Pemerintah melakukan migrasi bahan bakar untuk memasak dari minyak tanah ke LPG, manalah mudah untuk mencari minyak tanah lagi, karena di dunia ini hanya dua negara yang masih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak, yaitu Indonesia dan Nigeria.
Namun malangnya, Indonesialah yang mengimpor minyak tanah dari Nigeria sebagai produsennya.
“Nah, sekarang sudah lumayan. Sisanya ini akan hilang setelah beberapa hari lagi, karena kulit kita akan membuangnya secara alami dengan mengganti kulit.”
“Terima kasih, Bang.”
“Sudah ya, cuci tangan dan wajahmu di sana. Abang mau mandi dulu.”
“Ya, deh Bang,” sahut Bavik manja.
Namun sebelum mandi, Otong segera mengemas barang-barang bekas pekerjaan Bavik yang masih berantakan, seperti bangku yang terbaring, kaleng cat yang berserakan dan kuas yang berlepotan dengan cat itu.
Semuanya di susun dan dirapikan dan di simpan di bagian belakang rumah di sebelah luar dan ditutup Otong dengan penutup dari karpet plastik yang sudah tidak dipakai lagi.
Mengurus satu istri saja sudah repot begini, bagaimana pak Priyatno mengurus empat istri? Gumam Otong dalam hatinya.
Dalam mengerjakan semuanya itu, tangannya pun jadi berlepotan, sehingga sekarang dia buru-buru mandi. Sementara Otong mandi, Bavik mencuci tangannya dengan sabun, demikian juga wajahnya.
Setelah Otong mandi, Bavik pun memasak air panas untuk dirinya mandi sore, karena kalau sudah sore begini dia sama sekali tidak mampu mandi tanpa air mandinya di campur dengan air panas.
Keduanya lalu menikmati manisan yang di bawa oleh Otong tadi, sesuatu yang sangat di sukai oleh Bavik sebagai kesukaan seorang wanita dan juga karena sedang hamil. Manisan sebanyak itu tidak ada bersisa sedikit pun, di tambah lagi oleh selera Otong yang sudah seperti wanita hamil dan ngidam saja.