Otong pernah mendengar, jika para pencuri itu jika mau mencuri sesuatu dari rumah seseorang, maka siangnya melakukan survey terlebih dulu, barulah malamnya di esksekusi. Wah, ide yang bagus juga, pikir Otong . Jadi, lakukan survey dulu.
“Dek, loe masuk ke dalam rumah dulu.”
“Memangnya kenapa, Bang?”
“Abang mau survey dulu, bagaimana caranya mencuri pisang itu. Pohonnya kan cukup tinggi, ntar malam baru abang mengambilkannya untukmu.”
“Ya, deh Bang, sahut Bavik sambil beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke dalam rumah.
Setelah Bavik masuk, dalam suasana sore yang mulai temaram, Otong berjalan-jalan perlahan menuju ke arah rumah yang ada pohon pisangnya itu. Di sekitar kiri dan kanan tempatnya berjalan banyak terdapat tanaman sayuran, seperti ubi, cangkok dan keladi.
Batang pisang yang di tanam juga ada bermacam-macam seperti pisang kepok, pisang raja, pisang susu, pisang ambon dan beberapa jenis pisang lainnya lagi yang dia tidak tahu namanya.
Karena tanah di belakang mess itu sepertinya masih sangat luas, para penghuninya bertanam bermcam-macam tanaman di belakangnya sehingga tidak perlu harus mengeluarkan uang banyak untuk membelinya.
Ada juga tanaman liar yang beraneka ragam di situ, yang tumbuh berdiri atau pun merambat diantara tanaman sayur itu.
Dalam hati Otong mempertimbangkan tanaman apa yang akan diambilnya jika dia tanpa sengaja kepergok penghuni lainnya. Ternyata hampir di setiap bagian tanah yang ditanami itu ada tumbuh tanaman ciplukan rambat, tetapi sepertinya memang tumbuh liar.
Di dekat batang pisang itu tumbuh memang tidak terlalu lebat tanamannya, sehingga jika malam dia tidak akan terlalu terlihat seandainya ada yang keluar, karena banyak tempat untuk menyembunyikan diri.
Kebetulan di belakang bagian rumah itu terlihat olehnya ada terdapat sebuah kursi kayu berbentuk segi empat yang cukup besar yang sepertinya bekas digunakan untuk mengecat rumah.
Kursi itu tampaknya cukup tinggi jika dijadikan tempat berpijak nanti malam. Mudahan saja masih kuat dan tidak rapuh, pikir Otong.
Otong berdoa dalam hatinya, semoga kursi itu tidak dipindahkan sampai nanti malam.
Eh, mati kau, pikir Otong terkaget sendiri.
Mau mencuri kok berdoa dalam hati, ampuni aku Tuhan, katanya dalam hati. Ini semua hanya untuk memenuhi permintaan istri yang sedang hamil muda.
Tiba-tiba pintu rumah yang ada pohon pisangnya itu terbuka dan seorang wanita bertubuh tinggi semampai dan sangat ramping keluar dan membuang sampah ke arah pohon pisang.
Dia agak terkejut ketika melihat Otong berada di belakang mess tempat tinggalnya.
“Eh, cari apa, Oom?” tanyanya ketika melihat Otong sedang berjalan di sekitar situ.
“Ooh, ya. Eh, anu ... mencari ciplukan rambat ini. Isteriku lagi hamil muda, dia sangat ingin memakannya. Punya siapa, ya?” sahut Otong gagap.
“Oooh, tumbuh liar tuh oom. Ndak ada yang punya sih oom,” jelasnya dengan suara yang seperti orang mendesah.
“Boleh saya minta, ya.”
“Ooh, ambil saja.”
“Tapi sorry, tadi sudah diambil duluan sebelum di minta,” kata Otong malu-malu.
“Ndak apa-apa, Oom.”
Otong mengambil beberapa buahnya yang sudah masak dan menggeggamnya, Otong segera berencana berlalu. “Terima kasih banyak ya Mbak,” kata Otong kepada mbaknya yang masih berdiri di situ memandangnya.