Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #75

75-Misi Ubi Kayu-Istri Ngidam

 

Matahari belum lagi menyembul dari balik pepohonan ketika Otong sudah bangun. Di saat sebagian penghuni mess masih asyik tarik selimut dan ngorok tanpa dosa, ia sudah menyalakan kompor, merebus air, dan bersenandung lirih lagu lawas yang bahkan radio pun sudah tak sudi memutarnya.

“Pagi-pagi begini, air panas dan kasih sayang harus sama-sama tersedia,” gumamnya sambil membuka toples kopi dan teh.

Untuk dirinya sendiri, ia siapkan kopi hitam pekat tanpa gula, itu adalah kopi jantan, begitu istilahnya. Sementara untuk Bavik, istrinya tercinta yang kini sedang mengandung, ia membuat teh manis hangat.

Namun, manisnya tak semanis cinta mereka, karena Otong sengaja mengurangi kadar gulanya. Katanya sih demi kesehatan sang bayi. Tapi Bavik sering curiga, jangan-jangan itu cuma akal-akalan agar gula di rumah awet sebulan.

Sarapan pagi ini juga tak main-main. Dua potong roti tawar gandum yang teksturnya selembut hati seorang suami yang takut ditinggal istri. Di atasnya, Otong memarut keju lalu menyiramkan susu kental manis secukupnya saja, tentu.

Bukan karena pelit, melainkan demi mencegah penyakit gula. Iya, Otong kini bertransformasi jadi suami siaga plus ahli gizi dadakan sejak garis dua muncul di test pack mereka.

Setelah semua beres, ia mengintip ke dalam kamar. Di sana, Bavik  masih terlelap di balik kelambu tipis yang bergoyang pelan ditiup angin pagi. Ia terlihat seperti putri tidur versi Kalimantan Barat, lengkap dengan piyama dan guling kesayangan.

Tapi baru saja Otong hendak balik badan...

“Ngapa, Bang?” suara lembut khas ibu hamil yang manja menyusup dari balik kelambu.

Otong tersenyum, “Oooh... sudah bangun, sayang?”

“Sudah.”

“Ku kira masih tidur.”

“Sudah bangun sih, tapi males banget bangun. Nyawa belum terkumpul semua.”

“Di dapur sudah ada minuman dan sarapan. Mau di sana atau kubawa ke kamar?”

“Bawa ke sini aja, Bang. Beneran malas.”

“Ya udah, tunggu ya. Loe manja banget sih.”

“Tapi Abang suka, kan?”

Otong tertawa kecil, lalu bergegas. Sebelum mengambil makanan, ia merapikan meja kecil di sisi ranjang, mengelap debunya, dan menyusun tisu serta dua sendok kecil.

Ia tahu, detail kecil seperti ini bisa membuat wanita hamil merasa seperti ratu. Dan Otong rela jadi punggawa kerajaan rumah tangga.

Tak lama kemudian, dua gelas minuman hangat dan dua piring sarapan elegan hadir di kamar. Otong meletakkan semuanya dengan penuh kehati-hatian, seolah sedang menghidangkan makanan di restoran bintang lima.

“Minum, Sayang.”

“Bawain kursi dong, Bang.”

“Siap, Nona manja.”

Otong mengambil dua buah kursi dari ruang tengah, lalu kembali ke kamar. Tapi sebelum Bavik  duduk, ia mengulurkan tangan dan berucap manja, “Angkatin badanku, Bang. Males gerak.”

Otong tersenyum geli, lalu menggendongnya perlahan-lahan dan meletakkannya di kursi.

Lihat selengkapnya