Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #85

85-Surat Adik Otong

 

Bavik kembali menyerahkan surat itu kepada suaminya setelah membacanya dan Otong  beberapa kali lagi mengulang membaca surat adiknya untuk memastikian tidak salah penafsiran.

“Menurutmu, bagaimana?” tanya Otong  sambil menatap isterinya.

“Terserah Abanglah. Gue sih tidak ada masalah lho, Bang.”

Otong menarik nafas panjang beberapa kali. “Gue juga tidak ada persoalan untuk membantunya, hanya menurut gue ada beberapa hal yang tidak sinkron.”

“Maksud Abang?”

“Adik saya inikan sebenarnya diongkos full oleh ayah. Sebenarnya dia tidak akan kekurangan.”

“Tetapi tidak salahkan jika Lu bantu, Bang?”

“Memang tidak salah. Cuma maksud gue jangan sampai dia hanya boros-boros saja dan lama-lama jadi biasa. Itu tidak baik bagi dirinya, nanti dia jadi manusia yang konsumtif.”

“Menurut gue sih, Abang bantu saja. Kan Cuma dia saja adik abang yang cewek. Yang lainnya kan laki-laki semua.”

“Ndak masalah sih. Tetapi lu sendiri nggak apa-apa jika abang membantu uang kuliah adik gue ini, kan?”

“Ndaklah, Bang. Adek ndak marah kok. Karena Adek sudah menikahi Abang, artinya adik abang juga berarti adik Saya, dong.”

“Terima kasih atas pengertianmu sayang. Kamu istri yang paling baik di dunia.”

“Jangan memuji gue Bang. Gue kan hanya karena sayang sama lu aja,” bisik Bavik.

Tetapi entah bagaimana, saat mengucapkan kata-kata itu terlintas wajah Ho Chi Minh di dalam pikirannya.

Busyet, omel Bavik dalam hatinya. Mengapa pula Ho Chi Minh tidak sebaik Otong? Atau sebaliknya mengapa Otong  tidak setampan Ho Chi Minh? Lalu mengapa pula wajah ganteng Ho Chi Minh itu bisa tiba-tiba muncul dalam ingatannya?

Dia memandang wajah suaminya yang jelas kalah jauh dari Ho Chi Minh , tetapi hatinya baik sekali dan dia sangat mencintai Bavik. Apalagi Bavik sudah mendengar hanya beberapa bulan setelah mereka putus dan Bavik sudah bertunangan dengan Otong, dia dengar juga Ho Chi Minh malahan telah menikah.

Sementara di lain pihak ketika itu, Otong sama sekali tidak pernah punya pacar, apalagi sampai menikah seperti itu. Otong malahan sanggup menunggu dan mengurus Bavik dengan sama sekali tidak pernah mengucapkan kata-kata cinta.

Selain itu juga, Bavik teringat betapa agresifnya Ho Chi Minh, sehingga dia malahan sering kewalahan melayani nafsu pacarnya itu sehingga beberapa kali dia hampir bobol karena serangannya. Bahkan dia sudah beberapa kali diminta untuk memegang miliknya, sementara Otong tidak pernah melakukan hal itu.

Suatu saat dia memandang Otong dan terkejut bukan main ketika Otong  sedang memandang dirinya, sehingga dia merasa tertangkap basah. Untung saja Otong  tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya, karena tadi dia sempat teringat dengan Ho Chi Minh dan juga teringat beberapa hal yang telah mereka lakukan.

Entah mengapa, dia sangat bergairah sekarang. Lalu dia berpindah duduk dekat Otong dan memiringkan kepalanya pada suaminya. Setelah itu dia malahan berinisiatif mencumbu suaminya.

Sebagi lelaki normal dan masih muda, maka sebentar saja Otong sudah terbangkitkan gairahnya. Mereka melakukannya dilantai itu lah tanpa memperdulikan kedaan sekitarnya, karena hanya mereka berdua yang berada di dalam ruangan mess itu.

Tidak lama kemudian Bavik sudah mengerang beberapa kali seiring dirinya yang sudah mencapai klimaks bersama suaminya. Tetapi dia merasa berdosa, karena sewaktu mencapai puncaknya tadi dia sempat membayangkan Ho Chi Minh lah yang sedang menggaulinya, sehingga membuat gairahnya berkali-kali lipat dan tak sadar dia memeluk Otong dengan sangat kuat.

***

 

Otong  sengaja berjalan perlahan dalam ketika pulang dari kantor pada sore itu, namun ketika melewati kantor personalia dia dipanggil oleh pak Priyatno ke ruangannya.

“Bro, sini sebentar!” serunya sambil memberi kode dengan lambaian tangannya.

Lihat selengkapnya