Hari itu merupakan kegiatan stock opname rutin tahunan bagi bagian perlengkapan, yaitu memeriksa stok barang-barang seperti spare part, serta ketersediaan barang lainnya yang ada di gudang dan ruang pelayanan bagian perlengkapan atau logistik perusahaan.
Hal ini memang rutin dilakukan setiap tahun. Nantinya, data barang-barang ini akan menjadi dasar bagi bagian internal audit untuk memeriksa lebih jauh ketersediaan barang dan mencari kebenaran setiap operasional bagian perlengkapan selama satu tahun.
Ini merupakan pengalaman pertama bagi Otong dalam menangani pekerjaan ini. Terlebih lagi, selama pelaksanaan kegiatan ini, mereka sama sekali tidak menghentikan pelayanan terhadap para pengambil barang seperti spare part dan lainnya oleh karyawan yang membutuhkannya.
Akibatnya, mereka menjadi sangat sibuk. Namun untungnya, pihak perusahaan menyediakan makan siang gratis serta sarapan berupa kue dan snack dari siang hingga menjelang sore. Terkadang, mereka juga harus bekerja lembur sampai malam, karena pekerjaan stock opname ini harus selesai dalam waktu satu bulan.
Jika mereka bekerja malam, selain kue-kue, perusahaan juga menyediakan nasi bungkus dan minuman berenergi seperti Kratingdaeng, Hemaviton, atau M150. Hal ini wajar, mengingat pekerjaan mereka memang sangat berat dan nyaris tanpa istirahat saat siang hari. Hanya malam hari saja mereka bisa sedikit lebih santai karena hanya karyawan yang bertugas malam yang biasanya mengambil barang dari bagian perlengkapan.
Setelah kurang lebih satu tahun bekerja di bagian perlengkapan, Otong sudah hafal seluruh barang yang ada—baik model, tipe, bahkan part number-nya. Karena ini adalah stock opname tahunan, maka pemeriksaannya sangat teliti. Mulai dari nama barang, part number, tipe, nomor, hingga harga, semuanya harus dicatat dengan akurat.
Otong terkejut saat menemukan beberapa spare part yang sebenarnya bukan original dan dibeli secara lokal, tetapi dalam daftar harga tercantum sebagai barang original. Rentang harganya sangat jauh. Sebagai contoh, sebuah bearing untuk traktor yang harga original-nya bisa mencapai lebih dari dua juta rupiah, ternyata versi KW-nya yang dibeli lokal hanya sekitar empat puluh lima ribu rupiah. Itu artinya, selisihnya bisa berkali-kali lipat, bahkan hingga ratusan kali lipat.
Beberapa kali, Otong terpaku pada item tertentu, terutama pada bagian harga. Tanpa dia sadari, hal ini diperhatikan oleh Pak Didit, kepala bagiannya, yang juga ikut dalam kegiatan stock opname tersebut.
“Ada apa, Tong?” tanya Pak Didit penasaran, melihat sikap Otong yang tampak sering melamun.
“Ndak, Pak. Ndak apa-apa,” sahut Otong , meskipun sebenarnya ia merasa tidak enak dan bingung, karena tidak bisa memasukkan barang-barang itu ke dalam buku catatannya.
“Kalau kamu ada kesulitan, jangan ragu tanya Bapak, ya!” ujar Pak Didit sambil melanjutkan pekerjaannya.
“Ya, Pak,” jawab Otong .
Setelah menemukan begitu banyak spare part yang tidak original namun dicatat dengan harga original, akhirnya Otong memberanikan diri bertanya pada atasannya.
Dia mendekati Pak Didit dan berbisik, “Pak, ini sepertinya banyak barang yang KW, part number-nya pun berbeda, tetapi dalam catatan diberi harga Ori. Bagaimana ini, Pak?”