Otong menyampaikan niatnya kepada Bavik, istrinya tercinta, bahwa ia berkeinginan untuk mengajukan kredit rumah demi masa depan keluarga kecil mereka.
Ia tidak ingin terus-menerus hidup terpisah, antara dirinya yang bekerja di Pontianak dan Bavik yang tinggal bersama si kecil di Nanga Pinoh.
"Kita harus bisa berkumpul kembali, Dek. Karena hubungan jarak jauh itu berat. Kalau pasangan hidup kita selalu ada di samping, godaan bisa ditepis. Tapi kalau berjauhan terus, peluang bagi orang lain untuk mengisi hati kita itu besar," ujarnya lembut.
Selain alasan keharmonisan rumah tangga, Otong juga memikirkan faktor keselamatan. Setiap pekan ia harus menempuh perjalanan panjang dengan sepeda motor melewati jalan-jalan yang gelap dan sepi. Penerangan jalan buruk, dan kondisi jalan pun rawan kecelakaan.
"Kalau di Jawa atau Bali, masih bisa berharap ada rumah-rumah di sepanjang jalan. Tapi di Kalimantan Barat ini, bisa puluhan kilometer tidak ada pemukiman sama sekali. Kalau ada orang jahat, mereka bisa saja menunggu di titik-titik yang kita tidak tahu," katanya sambil menghela napas panjang.
Bukan hanya karena niat jahat orang lain, Otong juga merasa terancam oleh perilaku pengguna jalan lainnya. Banyak pengemudi truk yang ugal-ugalan, bahkan ada yang berkendara sambil mabuk.
Mereka tidak peduli dengan pengendara motor, dan Otong sering menjadi korban percikan air dan lumpur dari ban kendaraan yang melaju kencang. Belum lagi suara klakson truk besar yang bisa membuat jantungnya copot.
"Mereka malah ketawa-ketawa kalau kita sampai terpental karena kaget," keluhnya.
Mendengar semua itu, Bavik hanya bisa mengangguk. Ia tahu betapa besar cinta Otong pada keluarga mereka. Ia mendukung sepenuhnya.
"Jadi rencananya beli rumah yang bagaimana, Bang?"
"Yang sederhana aja, Dek. Kredit tipe kecil dulu, uang yang sudah kita kumpulkan kita simpan buat tabungan dan kebutuhan si kecil ke depan."
"Aku percaya penuh sama abang. Kalau itu keputusanmu, aku dukung."
Otong tersenyum. "Minggu depan abang nggak balik dulu ke Nanga Pinoh. Mau survei langsung rumah-rumah yang ada. Beberapa brosur udah abang kumpulin."
"Jangan lupa pikirkan masa depan juga ya, Bang. Jangan cuma mikir sekarang."