Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #102

102-Ahli Komputer dari Gang Sempit

 

Otong dulunya hanyalah pria biasa yang tinggal di rumah mertuanya. Tapi berkat ketekunannya belajar otodidak, kini namanya harum di seantero kota kecil tempat tinggalnya.

Semua orang tahu, kalau komputer atau laptop mereka ngadat, hanya satu orang yang bisa diandalkan: Otong si tukang servis sakti.

Kemampuannya bukan lagi kelas teri. Ia bisa mendiagnosis kerusakan komputer hanya dari mendengar suara kipas atau deskripsi pelanggan via telepon.

Dari hardware, software, sampai urusan rakit-merakit CPU, Otong bisa semua. Bahkan kini, ia sudah bisa bikin komputer dari nol. Semua itu berkat pemahaman bahwa komputer itu seperti lego: komponennya modular, tinggal pasang-pasang, hidupkan, dan voila!

Pelanggan Otong pun kini tak hanya warga kampung. Ia sudah merambah ke sekolah-sekolah, kantor pemerintah, hingga perusahaan swasta. Bisnisnya berkembang dari servis rumahan menjadi kios kecil di depan rumah mertuanya, lengkap dengan spanduk: "Otong TECH - Solusi Komputer Anda".

Selain servis, ia juga membuka jasa cetak dokumen, undangan, foto, dan pas foto. Karena pelanggan makin ramai, Otong pun mempekerjakan satu karyawan bernama Bunga.

Ia gadis gesit yang tahu cara menyambung senyum pelanggan ke kabel printer tanpa putus.

Keuangan Otong dan istrinya pun diatur tidak seperti pasangan kebanyakan. Mereka sepakat untuk tidak ikut gaya klasik "semua uang diserahkan ke istri" atau "suami pegang dompet tunggal".

Mereka punya sistem sendiri: semua dibicarakan, semua dipertanggungjawabkan bersama.

"Untuk konsumsi, kamu pegang," kata Otong pada istrinya.

"Oke. Tabungan pendidikan anak kamu pegang, ya," jawab istrinya.

Mereka bahkan menyisihkan sedikit untuk sumbangan sosial, keagamaan, hiburan, dan kebutuhan orang tua. Meskipun belum besar, yang penting teratur.

Mimpi mereka kini: beli tanah, bangun rumah sendiri. Rumah mertua baik, tapi bukan solusi jangka panjang, apalagi saingan warisannya banyak.

Sudah beberapa kali Otong dipercaya mengadakan komputer untuk instansi pemerintah. Saking seringnya, ia sudah hafal alur proyek. Biasanya, barang harus dikirim dulu baru bisa dibuatkan SPJ (Surat Pertanggungjawaban).

Pembayaran menyusul. Meski sistemnya unik, sejauh ini tak pernah ada masalah. Otong tetap percaya.

Cuma satu yang bikin dia geleng-geleng: permintaan markup.

"Mas, tolong buatkan kwitansi harganya agak dinaikin dikit, ya. Biar cocok SPJ-nya," kata salah satu kliennya.

Otong sempat mau protes, tapi kalau tak diiyakan, bisa-bisa mereka beli langsung ke kota. Daripada kehilangan pelanggan tetap, ia akhirnya setuju, sambil berkata dalam hati, "Negara... negara..."

Suatu siang, Kepala Desa datang membawa laptop bututnya. Langsung duduk tanpa permisi. "Ngen, bisa tolong cek laptop ini? Sepertinya kena santet."

"Santet, Pak? Wah, berat ini," sahut Otong sambil nyengir. "Sini saya lihat dulu."

Otong hidupkan laptop, langsung masuk BIOS. Bunyi 'ting!' khas komputer berbunyi. Jari Otong lincah menekan F2, lalu matanya menyapu setelan BIOS dengan cekatan.

"RAM, HDD, semuanya aman. Berarti masalahnya bukan di hardware," gumamnya.

Ia booting ulang lewat flashdisk yang sudah diisi antivirus. Dan benar saja, laptop itu kena virus bandel yang bikin Windows-nya booting terus menerus.

Lihat selengkapnya