Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #103

103-Berurusan Dengan Caleg

 

“Yang kedua adalah persaingan bisnis,” tukas Otong sambil terus mengutak-atik laptop Kepala Desa.

“Persaingan bisnis? Bisa dijelaskan lebih rinci, Tong?” cecar Pak Kades dengan mata membelalak, seolah-olah tengah menonton drama Korea terbaru.

“Yaaah, singkatnya begini, Bapak. Yang pertama, dia ingin menghancurkan bisnis saingannya. Kedua, kalau produknya itu program komputer, dia ingin menunjukkan bahwa barang milik pesaingnya itu sangat rentan diserang virus dan trojan. Jadi, ibaratnya dia jualan gembok, tapi dia juga yang sebar maling duluan.”

“Hhmm... masuk akal juga, sih. Supaya bisa menang dalam persaingan, ya. Lalu, yang ketiga?”

“Nah, yang ketiga ini lebih absurd, Pak. Ada orang yang memang iseng. Si pembuat virus itu hanya ingin diakui sebagai jenius. Pengakuan itu candu, Pak. Dia nggak peduli siapa korban, yang penting semua orang tahu kalau dia pintar.”

“Atau... dia sebenarnya sakit jiwa, ya? Senang lihat orang susah, susah lihat orang senang?”

“Bisa juga, Pak. Dunia ini memang penuh manusia yang diam-diam mengidap gangguan jiwa ringan, tapi nggak sadar. Malah kadang dianggap normal, padahal isi otaknya itu seperti taman bermain yang terbengkalai.”

“Masih ada motif lain, nggak?”

“Bisa jadi ada, Pak. Tapi tiga itu saja sudah cukup buat bikin dunia IT geger, apalagi kalau semua digabung jadi satu.”

“Ooh... ya ampun.”

“Nih, laptopnya sudah sembuh total, Pak. Bahkan hard disk-nya sudah saya defrag, biar kerjanya ngebut kayak motor yang abis diservis.”

“Wah, mantap! Jadi, total berapa semuanya, Tong?”

“Ndak usah bayar, Pak Kades.”

“Lho, kok gitu?”

“Membersihkan virus bukan hal sulit, Pak. Saya gratiskan aja.”

“Serius nih?”

“Seriuslah, Pak. Saya memang jualan jasa, tapi nurani saya masih hidup. Hidup ini butuh banyak kawan, bukan lawan. Seribu kawan masih kurang, satu musuh sudah kebanyakan,” ucap Otong sambil menyunggingkan senyum damai ala Bhiksu Shaolin.

“Kalau begitu, terima kasih banyak, ya,” kata Pak Kades, menjabat tangan Otong erat-erat seperti bersumpah tidak akan korupsi.

“Sama-sama, Pak.”

Lihat selengkapnya