Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #110

110-Bagaikan Langit & Bumi


Setelah sembuh dari gangguan ginjal yang sempat membuatnya terbaring lemah, Otong segera bertolak ke Pontianak. Ia hendak melaporkan hasil penelitiannya kepada lembaga NGO Ghosting, yang sebelumnya telah memberinya dana penelitian.

Rupanya, dua rekan penelitinya sudah lebih dahulu melapor dan bahkan sempat mempresentasikan hasil mereka dalam sebuah seminar lokal.

Kedatangan Otong disambut baik oleh pihak NGO. Mereka langsung menjadwalkan presentasi internal agar Otong bisa memaparkan hasil penelitiannya di hadapan pengurus lembaga, para aktivis, serta beberapa tokoh penting.

Tiga hari kemudian, ruangan seminar sederhana itu dipenuhi oleh para undangan yang antusias ingin mendengarkan laporan Otong .

Dengan tenang dan teliti, Otong mulai memaparkan penelitiannya. Ia memulai dengan menunjukkan ribuan foto hasil dokumentasi, dilanjutkan dengan ratusan rekaman suara dalam bentuk kaset, lalu buku transkripsi berjumlah 132 buah yang berisi 200 kata dasar dari berbagai bahasa etnis pedalaman.

Terakhir, ia mempresentasikan makalah naratif sebagai rangkuman utuh penelitiannya.

Hampir tiga jam waktu yang dibutuhkan Otong untuk menyelesaikan seluruh pemaparannya. Sesekali ia meneguk air putih demi menjaga tenggorokan tetap prima. Setelah selesai, moderator mempersilakan hadirin untuk mengajukan pertanyaan atau kritik.

Karena banyaknya pertanyaan dan antusiasme peserta, sesi tanya jawab pun berlangsung seru. Otong harus menjawab beragam pertanyaan sekaligus menanggapi beberapa kritik.

Tak terasa, waktu menunjukkan tengah hari. Moderator pun mengumumkan jeda istirahat, shalat, dan makan (ISHOMA) selama satu setengah jam.

Di ruang makan, Otong dikerubungi banyak orang, termasuk kedua koleganya, Liber dan Lohan. Mereka berbagi cerita bahwa setelah penelitian, keduanya sempat dirawat di rumah sakit. Liber terkena malaria, sementara Lohan terserang batuk pilek hebat.

Otong menduga, malaria itu akibat malas memakai kelambu. Di pedalaman, nyamuk bukan hanya banyak, tapi seakan memang diternakkan. Sedangkan batuk pilek itu mungkin karena Lohan adalah perokok berat.

Bayangkan saja, ia bisa menghabiskan lima bungkus rokok dalam sehari! Bagi Otong, itu seperti punya cerobong kapal laut di dada. Kalau tubuh kelelahan, imunitas menurun, paru-paru kotor, maka batuk menyerang tanpa permisi.

Mereka juga bertanya dengan nada bercanda, kok laporan Otong bisa setebal ensiklopedia begitu. Otong hanya tertawa. Katanya, "Lho, itu cuma hasil kerja di lapangan yang saya tulis apa adanya. Tebalnya mengikuti kenyataan, bukan ambisi."

Sesi kedua seminar dimulai. Kali ini, langsung diambil alih oleh Jambang, wakil direktur NGO Ghosting. Di sebelahnya duduk Stinggan, direktur utama, dengan senyum santai sambil mengunyah sirih.

Meski keduanya lulusan S3 Harvard, mereka tetap menjaga tradisi daerah. Stinggan tampak seperti kakek lugu di beranda rumah: mengenakan topi koboi, kaus oblong, dan celana pendek.

Lihat selengkapnya