Pesawat yang mereka tumpangi pagi itu, Boeing 747-400 milik Malaysia Airlines, benar-benar membuat Otong dan Liber terpukau.
Ukurannya jauh lebih besar dibandingkan pesawat-pesawat Boeing 737-300 yang biasa mereka naiki saat penerbangan domestik di Indonesia. Kabinnya luas, tempat duduk lega, dan nuansa interiornya mewah.
Ini benar-benar pengalaman terbang yang berbeda bagi mereka berdua.
Sejak awal, penerbangan terasa mulus. Setelah taxiing di landasan dan take-off dengan dorongan mesin yang menggema pelan, pesawat mulai mengudara menuju ketinggian jelajah.
Tak butuh waktu lama, mereka sudah melayang di ketinggian 33 ribu kaki di atas permukaan laut, tepatnya melintasi Kepulauan Riau di Laut Natuna, sebuah wilayah Indonesia yang menjadi jalur penerbangan Malaysia Airlines dari Kuching menuju Kuala Lumpur.
Di ketinggian sekitar 10 kilometer di atas permukaan bumi, pesawat melaju hampir 1.000 km/jam. Awalnya Otong dan Liber menikmati pemandangan dari balik jendela sambil berbincang ringan.
Langit terlihat bersih dan cerah. Namun beberapa menit kemudian suasana itu segera berubah. Tak lama kemudian, pilot memberikan pengumuman melalui pengeras suara.
Dengan tenang, ia menyampaikan dalam bahasa Melayu dan Inggris, “Para penumpang yang budiman, sebentar lagi kita akan memasuki area awan cumulonimbus. Mohon kenakan sabuk pengaman Anda demi keselamatan.”
Otong dan Liber, yang belum pernah mengalami turbulensi serius, hanya saling melirik. Mereka memasang sabuk pengaman, tapi tetap santai, mengira ini hanya pengumuman formal biasa.
Saat itu pramugari mulai membagikan makanan dan minuman. Otong yang sudah mengantuk karena malam sebelumnya kurang tidur, memesan kopi pahit untuk membangkitkan kesadarannya. Ia memandangi pramugari cantik yang ramah dan berseragam rapi itu sambil sedikit kagum pada pelayanan maskapai ini.
Menu makanan yang ditawarkan pun membuatnya terkesima. Di Malaysia Airlines, penumpang dipersilakan memilih di antara menu ayam tanpa tulang, ikan fillet, atau daging sapi empuk, lengkap dengan nasi hangat dan beberapa jenis sayuran.
Minumannya pun beragam; teh, kopi, sirup, susu, hingga minuman bermerk dari Eropa. Jauh berbeda dari maskapai-maskapai domestik Indonesia yang bahkan ada yang tidak menyediakan makanan gratis.
Bahkan beberapa malah menjualnya seperti roti, dan yang menyiapkan menu lengkap yang harga jauh lebih mahal. Harga pesawat …
Baru saja Otong hendak menyeruput kopinya yang masih hangat, tiba-tiba; "BRUAKKKK!!"
Pesawat mengalami guncangan hebat. Kopinya yang hampir masuk ke mulut justru tumpah ke atas kepala dan mengenai bajunya. Otong tersentak kaget. Air kopi panas itu membuat rambutnya basah dan mengalir ke leher.
Liber yang duduk di sebelahnya tak bisa menahan tawa. Ia memegang perut, tertawa sampai air matanya keluar. “Aduh, Bro! Kopi itu kayaknya lebih suka kepalamu daripada tenggorokanmu!” ujarnya sambil cekikikan.
Otong , yang setengah malu setengah kesal, hanya bisa nyengir. Untungnya, seorang pramugari sigap datang membawa handuk kecil untuk membantunya membersihkan diri.