Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #121

121-Naik KMP Bukit Raya

 

Pagi-pagi Otong sudah bangun dan memasak air panas untuk membuat teh manis isterinya dan kopi pahit tanpa gula untuk dirinya sendiri, karena hari ini dia berniat untuk memesan tiket perjalanan ke Blitar.

Dia sudah tahu akan tata perjalanan mereka, pertama tama harus naik bus ke Pontianak, kemudian dari Pontianak naik kapal laut menuju Surabaya dan kemudian dari Surabaya menuju Blitar mereka akan naik Kereta Api.

Semuanya sudah dia tanyakan dengan teliti pada pastor Lukas ketika dia mengantarkannya pulang malam itu. Beliau menjelaskannya secara detail perjalan ke Blitar, sehingga meskipun tidak dicatat tetapi Otong ingat jelas urutannya dalam hatinya.

Sambil minum kopi pagi itu, Otong teringat akan pembicaraan tadi malam dengan Ibu mertuanya, jika anak mereka yang kecil akan tinggal bersama ibu mertuanya, agar mereka bisa lebih lincah dalam mengurusi pengobatan anak tertua mereka ini.

Meskipun dia merasa berat apa lagi anak itu masih terlalu kecil, tetapi akan lebih sulit lagi jika mereka membawanya. Ibu mertuanya sudah sanggup mengurusi, apalagi anak itu sudah kuat minum susu sapi.

Otong segera membawa kopinya ke arah depan ke tempat komputernya dan nanti tunggu tahan agak terang sedikit dia akan pergi untuk membeli sayuran. Malam nanti dia mengajak isteri dan anaknya untuk segera turun ke kota gubernuran, sehingga dia mau mendapatkan sayur yang membuat perut tidak lapar.

Teh manis dia tutup lalu dia simpan untuk isterinya, sementara kopi pahitnya dia nikmati sambil memamah kue kering yang selalu mereka siapkan. Sambil menikmati kuenya, Otong menghidupkan komputernya dan berlayar di dunia maya.

Ketika tanah sudah mulai terang, maka dia segera men-shutdown komputernya dan keluar untuk mencari sayur. Dia tidak mau keluar sebelum tanah terang, karena sering dia mendengar orang-orang di rampok ketika berjalan pada saat subuh ketika kegelapan masih menyelimuti mayapada.

Dia percaya dengan bantuan Tuhan, tetapi dia juga yakin bahwa Tuhan tidak akan menolong umatnya jika terlalu malas dan tidak mau berusaha. Termasuk juga dalam hal menjaga keselamatan hidupnya, sehingga itulah yang membuat Otong selalu berusaha menjaga hidupnya.

Ketika sampai di pasar sayur, dia membeli ayam dan sayuran seperti kacang panjang dan sawi keriting. Tidak lupa juga dia membeli cabai rawit, wortel dan pisang nipah. Ayam dia beli sebanyak empat kilogram, karena selain untuk makan siang, itu juga sekalian untuk makan sore sebelum berangkat dan juga nanti untuk bekal mereka dalam perjalanan.

Dia selalu berusaha untuk tidak makan di perhentian bus dalam perjalan antar kota itu, karena harga-harga yang mereka tetapkan sangat tidak masuk akal, bahkan cenderung seperti pemerasan secara resmi.

Dia beli kacang panjang sebanyak setengah kilogram, cabai rawit setengah kilogram, wortel setengah kilogram dan pisang nipah sebanyak empat kilo. Sayuran itu nantinya sebagian dia tinggalkan untuk mereka di rumah, sementara pisang nipah itu dia beli yang sudah sangat masak.

“Kok beli yang terlalu masak, bang?” tanya penjualnya. “Ndak enak di goreng itu. Ini aah yang sedang kalau mau digoreng,” katanya sambil menunjukan buah pisang yang masih lebih banyak hijaunya dari pada kuningnya.

“Bukan untuk goreng, Bang.”

“Lalu diapakan, jak?’

“Di makan begitu saja.”

“Kok bisa?” tanya penjualnya heran.

Lihat selengkapnya