Karena dibujuk oleh adik iparnya dan isterinya itu, akhirnya dengan perasaan tidak enak Otong bersama isterinya tidur di kamar tidur keduanya.
Karena perjalanan siangnya cukup melelahkan, maka anak mereka diberi obat CTM untuk anti alergi, tetapi anak mereka kalau diberi CTM maka akan segera tidur.
“Aku tadi lucu,” tiba-tiba Bavik nyeletuk ketika melihat anak mereka sudah tidur. “Memangnya kenapa Sayang?”
“Tadi sewaktu buang air besar,”
“Ooohh,” sahut Otong juga merasa lucu. “Yah, kasihan keduanya belum bisa membuat WC. Kayaknya mereka membangun rumah ini memang memaksa sekali.”
“Yang penting kan ada tempat berlindung,” gumam Athalia.
“Aku terpikir membantu keduanya,” bisik Otong di telinga Bavik sehingga iserinya bergetar.
Karena suasana sangat dingin begini, ditambah lagi keduanya berbaring berdekatan, membuat gairah keduanya timbul.
“Lu mau bantu mereka berapa banyak sih, Bang?” tanya Bavik ingin tahu juga.
“Paling tidak yaah bisa untuk mereka bangun WC dan juga memasang meteran listrik mereka. Kasihan keduanya harus selalu buang hajat di tepi parit seperti itu,” kata Sangen.
“Begitu juga lampu saya kasihan melihat lampu mereka yang sangat temaram karena hanya di kasik jatah 50 watt saja sama tetangga sebelah.”
“Terserah lu lah, Bang. Yang penting biaya berobat dan ongkos kita pulang tidaklah kurang,” kata Bavik mengingatkan tujuan utama mereka ke pulau Jawa ini.
“Ya lah, Sayang. Sudah gue kalkulasikan semuanya, kita masih bisa membantu mereka.”
“Iiiih, dia ini.” Seru Bavik tiba-tiba merasa geram sambil mencoba meraih suaminya dan meremasnya.
Karena posisi berbaringnya membelakangi suaminya dan suaminya sengaja menekan tubuhnya pada belakang isterinya, maka Bavik bisa merasa jika tubuh suaminya sudah mengeras maksimal.
“Diam lah, dia mau tidur dalam sarangnya,” bisik Otong di belakang telinga isterinya sehingga membuat Bavik merinding.
“Dari belakang saja, ya. Tapi jangan terlalu kuat, takut tempat tidur ini roboh, kita tak tahu kekuatannya.”
“Yaa lah, Dek. Lu persiapkan saja semuanya,” kata Otong lagi.
Satu jam kemudian barulah Otong selesai menuntas kan hasratnya. Beberapa kali Otong menekan dirinya sehingga muatannya betul-betul habis.
“Lama sekali, sudah sakit dah pinggangku,” omel Bavik ketika merasakan suaminya sudah selesai.