Dari sana dia segera mengajak anak dan isterinya untuk segera pulang ke hotel. Malamnya mereka tidur nyenyak, karena besoknya mereka berangkat agak siang, karena kapal express itu berlayar pada malam hari ke Pontianak, sehingga diharapkan sampai di Pontianak pada siang hari besoknya.
Siangnya selepas check out, mereka bertiga naik taksi menuju ke pelabuhan Sunda Kelapa di mana kapal express itu berada. Entah bagaimana, sesampainya mereka di pelabuhan, ada seseorang yang menjajakan minum probiotik merek terkenal sehingga Otong membeli satu bundle yang terdiri dari lima botol.
Meskipun dijelaskan oleh Otong akan manfaat probiotik untuk kesehatan usus, tetapi anak dan istrinya tidak mau meminumnya, sehingga semuanya dia habiskan sendiri.
Kemudian ketiganya memasuki kapal setelah menunjukan tiket mereka, kebetulan ketiganya duduk di lantgai dua bagian belakang. Dasar anak mereka nakal, dia turun naik ke jendela kapal ekspress yang agak berlobang dan memakai kaca. Kemudian dia pura-pura tidur.
Dia sama sekali tidak perduli Otong menegur, akhirnya ketika melihat tidak juga terlalu berbahaya, hanya tidak sopan saja, Otong membiarkannya, dengan tetap menjaga jangan sampai ada apa-apa dengan anaknya.
Tak lama kemudian, malam pun tiba. Kapal ekspres perlahan mulai bergerak, meninggalkan dermaga dan melaju ke lautan lepas, menembus kegelapan malam yang pekat. Angin laut berembus lembut, tapi menyimpan kesan misterius yang menegangkan. Di dalam hati Otong, perasaan tak menentu mulai bergolak.
Ia merasa seolah mereka sedang memasuki lorong waktu yang tak dikenal—sebuah jalur hitam tanpa ujung, tanpa jaminan keselamatan. Bagaimana jika di tengah perjalanan kapal itu menabrak sesuatu? Bagaimana jika ada karang tajam, bangkai kapal, atau pusaran air yang tersembunyi di balik pekatnya malam?
Laut di malam hari adalah dunia lain. Hitam, dalam, dan seakan tak berujung. Otong tidak bisa membayangkan bagaimana nasib mereka jika kapal ini karam. Apakah mereka akan punya cukup waktu untuk menyelamatkan diri? Apakah ada yang akan tahu jika mereka tenggelam jauh di sana, ditelan gelombang tanpa jejak?
Kekhawatiran itu semakin nyata saat angin mulai bertiup lebih kencang. Gelombang bergulung dengan suara lirih namun mengancam. Langit pun tampak menggantung muram tanpa satu bintang pun yang berani menyapa.
Dalam diam, Otong memeluk anak dan istrinya lebih erat, seolah dengan itu ia bisa menahan lautan dari murka. Kalau masalah arah dan tujuan sih bisa di stel tepat jika memakai Gyro Compass, Auto Pilot, dan GPS, piker Otong .
Tetapi Otong sama sekali tidak tahu jika peralatan kapal modern itu lebih dari dua puluh lima macam alat modern sebagai penunjang untuk keselamatan dan kemudahan operasional, yang digunakan untuk memastikan keamanan kapal dan juga untuk memastikan kapal tidak salah arah dan juga tahu jika ada halangan baik di depan maupun dari bawah air.
Kapal express itu memang terlalu kecil untuk menerima hantaman gelombang laut, sehingga terasa guncangannya ketika terkena hantaman gelombang. Entah bagaimana, tiba-tiba Otong merasa sangat mual dan sama sekali tidak dapat di tahan, sehingga dia sempat muntah banyak di toilet.
Padahal seumur-umurnya naik kendaraan umum untuk perjalan jauh apa pun itu, dia tidak pernah muntah ataupun merasa pusing.
Dia sudah pernah naik berbagai macam kendaraan untuk perjalanan jauh seperti sepeda motor, bus, kereta api, kapal laut dan pesawat. Padahal anak dan isterinya saja yang biasanya tidak tahan naik kendaraan dalam perjalanan itu sepertinya tenang-tenang saja.
Satu-satunya yang tidak pernah dia lakukan adalah minum probiotik sampai lima botol seperti tadi. Apakah itu penyebabnya? Karena anak dan isterinya tidak mau dan karena dia merasanya sangat enak, maka diminumnya semua sampai habis.
Soalnya kalau tidak di minum maka katanya akan rusak, karena minuman probiotik itu di simpan dalam lemari pendingin dan akan rusak jika tidak segera dihabiskan ketika dia berada di luar lemari pendingin.
Otong merasa tidak terlalu nyaman, sehingga dia terpikir untuk memesan kopi. Mendengar ayahnya mau ngopi, anak mereka memesan mie instan rebus. Akhirnya Otong memesan dua porsi mie instan untuk anak dan istrinya dan satu cangkir kopi untuk dirinya. Tetapi Otong dan anak isterinya sungguh terkejut ketika menerima bill tagihannya.
“Wah, mahal sekali Pak?” kata Otong.
Walau pun dia sadar, itu hanya komplaoin perecauma. Karena bagaimana mungkin dia tidak membayar?