Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #139

139-Administrator Kelompok Tani

 

Saat itu belumlah terlalu larut malam, sementara Otong sedang sibuk mengetik novelnya yang berjudul Playing Victim. Sebuah novel tentang seorang CEO perusahaan yang menghadapi upaya untuk menyingkirkan dirinya oleh sekelompok orang yang haus kekuasaan dan harta benda.

Saat ini perusahaan sedang pusing menghadapi para pesaingnya yang mengancam eksistensi mereka dengan produk yang sama tetapi harga jualnya lebih murah, sementar pada saat yang sama juga dirinya sendiri juga tidak terlalu bisa berkonsentrasi karena gangguan itu.

Kelompok ini sangat jahat hati tetapi selalu berpura-pura menjadi korban kejahatan, padahal mereka sendirilah sebenarnya yang sangat jahat. Mereka bekerja sama dengan beberapa sindikat di dalam dan di luar perusahaan yang rela di bayar.

Novel ini untuk flatform online dan rencananya kan diterbitkan di flatform Novelme. Tetapi Otong tidak tahu, apakah bisa lolos kurasi atau tidak. Sehingga dia melirik beberapa platform lain seperti KBM, Goodnovel, Dreame, Kwikku, dlsbnya.

Dari beberapa flatform online, sepertinya Novelme lebih interaktif dengan para penulisnya, sehingga mudah dalam hal berkomunikasi.

Novel ini tidaklah terlalu panjang, hanya sekitar enam puluh bab saja dengan masing-masing bab berisi sekitar rata-rata seribu lima ratus kata. Tetapi dia berusaha membuat ceritanya penuh dramatisir dengan kosa kota out of the box dan penuh ketegangan dan kelucuan, sehingga harapannya bisa semakin banyak pula menarik pembacanya.

Dia juga sudah memikirkan menggunakan jasa Lee Design untuk membuat covernya, karena dia lihat hasil desain mereka bagus-bagus namun harganya sangat terjangkau. Sehingga dengan demikian harapannya semakin banyak menarik pembaca.

Ketika dalam asyik begitu, tiba-tiba dia mendengar suara deru mobil yang berhenti di depan halaman rumah ibu mertuanya dan tampak cahaya terang lampu mobil menyorot ke dinding dan menembus kaca bertirai di bagian depan rumah.

Beberapa saat kemudian terdengar pintu mobil di tutup cukup keras dan setelah itu terdengar ketokan dan juga sekaligus panggilan dari luar, “tokk … tokk … tokk … Tong? … tokk tokk … tokk … … Tong? … tokk … tokk … tokk … Tong…?”

Otong segera berdiri dari dalam kamar kerjanya dan mengintip dari balik kaca rayban yang bertirai itu, terlihat sama-samar di luar ada empat orang berdiri. Tetapi karena posisi berdirinya terlalu dekat dengan pintu, maka tidak tampak jelas wajah mereka, karena lampu depan rumah berada dari arah belakang tubuh mereka.

Di saat Otong berusaha mengenali mereka, tiba-tiba mereka bergerak agak mundur sambil mencoba celingukan melihat ke segala penjuru, sehingga sinar lampu rumah bisa menyoroti wajah mereka dan Otong segera bisa mengenali mereka.

Ooohhh, gumam Otong dalam hatinya sambil bergerak membukakan pintu.

“Masuklah!” katanya setelah dia mengenali Muladi adik kandungnya dan Games adik sepupunya dengan dua orang kawannya yang tidak dia kenal.

“Kami kira kamu sudah tidur,” gumam Muladi dan Games sambil berjalan masuk.

Muladi ini adalah adik kandung Otong, sementara Games adalah adik sepupunya yang merupakan anak pamannya yang merupakan abang kandung almarhumah ibunya.

“Duduk ya,” tawar Otong setelah mereka berempat masuk.

“Terim kasih, sahut mereka langsung duduk diatas kursi tamu tempat ruang tamu itu.

“Dari mana dan mau kemana?” tanya Otong setelah mereka saling memandang sebentar.

“Memang mau bertamu ke sini,” sahut Muladi. “Kami mau meminta tolong sekaligus menawarkan kerja sama,” lanjutnya lagi. “Yan, kan Games?” tambahnya sambil melirik kearah Games.

Lihat selengkapnya