Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #140

140-Mahasiswa ANFREL

 

Bavik pun tidak terlalu mempermasalahkan suaminya ikut bekerja sebagai administrator kelompok tani kayu hutan itu, karena untuk sementara ini yang penting ada kerjaan dan dapat penghasilan, apa lagi memang tempat mereka berusaha itu adalah di daerah domisili adik sepupunya.

Adik sepupunya ini memang merupakan sepupu pertama suaminya, karena ayah darinya merupakan abang kandung dari alm. mamanya Otong. Sehingga bubungan mereka secara tali kekeluargaan memang sangat dekat.

Selain itu juga, Otong  sekarang memang sudah tidak punya pekerjaan tetap lagi, padahal dia sudah punya anak dua. Demi kedua anak laki-lakinya ini memang mereka perlu rejeki yang cukup untuk bisa hidup layak sehingga tumbuh kembang anak-anak mereka bisa sempurna.

Sejak menjadi pengurus kelompok tani itu, suaminya lebih banyak berada di kampung. Meskipun dalam hati kecilnya Bavik sungguh kasihan melihat suaminya yang harus pulang kampung untuk mencari rejeki bagi mereka.

Tetapi dirinya juga tidak bekerja dengan orang, karena suaminya melarangnya dan dia juga setuju. Karena kalau sampai anak-anak mereka di urus oleh pembantu maka nantinya anak mereka akan menjadi anak pembantu, kata suaminya.

Bavik juga sependapat dengan apa yang dikatakan suaminya, tidak ada gunanya mereka hidup sukses dan enak secara keuangan tetapi pada waktu yang bersamaan anak mereka akan menjadi anak pembantu dan pola pikirnya seperti pembantu.

Karena sikap dan pola pikirnya lebih banyak terpengharuh oleh asuhan pembantu. Ya kalau pembantunya orang yang baik hati, jika dia orang bejat maka anak mereka pun akan menjadi bejat juga.

Suaminya juga tidak mengijinkan dia menyerahkan anak mereka pada sapi untuk disusui, sehingga Bavik menyusui anak-anak mereka sendiri. Ketika sudah lewat dua tahun barulah suaminya mengijinkan Bavik melepaskan seluruhnya kepada sapi untuk disusui dengan susu sapi yang di jual dalam bentuk kalengan dan kotak di pasar.

Bavik memang melihat jika anak keduanya ini sangatlah tampan, meskipun senang tapi dia sakit hati juga. Senang karena melihat wajah anak itu sangat tampan seperti Ho Chi Minh, tetapi sakit hati juga jika mengingat proses bagaimana dia memperoleh anak itu.

Bukannya dia tidak mau berhubungan intim denga Ho Chi Minh, tetapi hal itu tidak boleh karena Ho Chi Minh bukanlah suaminya.

Dia tidak hanya sekedar berjinah dengan Ho Chi Minh, tetapi juga mengkhianati suaminya. Awal-awalnya dia sangat khawatir suaminya bakalan menanyakannya bagaimana anaknya bisa sangat tampan sementara suaminya laki-laki yang berwajah biasa saja.

Selama beberapa bulan ini suaminya sama sekali tidak pernah menyinggung perihal tampannya anak mereka. Dia memperlakukan kedua anaknya dengan sangat baik dan juga tetap memperlakukan Bavik dengan sangat baik dan malahan sekarang cenderung semakin baik.

Hampir tidak pernah suaminya memarahinya ataupun membuatnya kesal.

Dalam hati Bavik sungguh merasa bersalah dan dia juga semakin baik dengan suaminya dan sejak saat itu dia berjanji tidak akan lagi mau keluar jika ada kawan-kawannya yang memintanya bertemu di luar.

Baik itu hanya sekedar nongkrong di cafe, atau membuat acara becolet atau sekedar ngerumpi. Jika ada yang mau bertemu, dia akan memintanya untuk bertemu di rumahnya saja.

Hari itu adik iparnya yaitu adik kandung dari suaminya yang lebih tua dari Muladi, datang pada Bavik untuk meminta ijin, dia dan beberapa orang kawannya menginap di rumah mereka.

Lihat selengkapnya