Otong bersama Muladi dan Games membuat pondok sendiri di dalam hutan, karena Base camp yang dibuat oleh perusahaan itu letaknya jauh dari lokasi mereka menebang kayu.
Sehingga karena di dalam hutan itu mereka tidak punya kendaraan bermotor, maka terpaksa mereka harus berjalan kaki padahal tempatnya cukup jauh jika tidak menggunakan kendaraan bermotor.
Dengan mendirikan pondok yang dalam bahasa daerahnya di sebut ‘Ballai’ itu, maka mereka tidak perlu lagi berjalan jauh ke lokasi kerja, karena hanya dalam hitungan menit mereka sudah sampai.
Mereka bertiga bersama satu orang operator chainsaw yang sepesilisasinya sebagai penebang pohon, sehingga nantinya kayu hasil tebangan itu tinggal di tarik oleh bulldozer perusahaan.
Perusahaan yang membeli kayu hasil mereka ini bukanlah sebuah perusahaan besar yang sudah go public, tetapi merupakan sebuah perusahaan perorangan yang omsetnya triliunan. Tapi bagaimana pun juga yang namanya perusahaan perorangan, maka semua managemennya adalah managemen tukang sate.
Tetapi Otong dan kawan-kawannya tidak terlalu mempersoalkan masalah itu, yang penting dapat duit yang mana duitnya sama enaknya dengan uang yang berasal dari perusahaan besar yang sudah go public.
Karena selama ini boss Kwee Siang tidak pernah terlambat membayar mereka.
Malam itu hujan rintik-rintik dari siang hari, sehingga suasana dalam hutan itu agak dingin dari biasanya. Tetapi masalahnya mereka tidak punya sayuran untuk di makan, karena yang ada dalam bekal mereka itu hanyalah ikan kalengan, mie instant dan minyak goreng saja.
“Bagaimana? Apakah mau hanya makan itu?” tanya Games.
“Aaah, bosan …,” jelas otong.
Mereka sudah bosan mengkonsumsi ikan kaleng dan mie instant itu selama beberapa minggu ini, sehingga Games mengajak mereka untuk mencari katak pada malam itu. Mereka semua pun setuju lalu langsung mempersiapkan diri, yaitu membawa senter dan parang serta masing menyiapkan tempat untuk membawa hasil buruan mereka.
“kalau begitu, kita berburu katak saja?”
“Boleh…” jawab Otong bersama Muladi. “Siapa yang berangkat?”
“Semuanyalah…”
Mereka berempat punya senter dan parang masing-masing dengan pakaian siap basah, karena mereka akan menyusuri aliran sungai berbatu ke arah hulu dan ke arah hilir dari ‘Ballai” mereka itu.
“Apakah Bang Otong dan Bang Muladi sudah tahu membedakan katak yang bisa di konsumsi dengan yang tidak?” tanya Games pada kedua saudara sepupunya itu.