Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #142

142-Susu Cap Ingus

 

Ronaldo merasakan seluruh tubuhnya sakit serta tidak bisa digerakan sama sekali. Dia membuka matanya secara perlahan-lahan, terasa susah sekali. Dadanya terasa nyeri dan tarikan nafasnya terasa sesak dan sesak.

Dia bernafas pun terasa susah, sehingga menimbulkan sakit di dalam dadanya.

Dia menggerakan kaki dan tangannya, ternyata rasanya seperti ada yang menahannya. “Oohh … sepertinya dia sudah sadar … dia sudah sadar …,” terdengar desahan sorang wanita, sepertinya suara ibunya. “Paa, anak kita sudah sadar. Puji Tuhan.”

“Syukurlah Nak. Kamu sudah sadar,” terdengar desahan seorang laki-laki di samping suara Wanita tadi.

Ronaldo kemudian sudah mampu membuka kedua matanya meskipun awalnya agak pusing dan kabur. Kemyudian beberapa menit lamanya pandangannya sudah semakin jelas.

“Bu, saya di mana?” tanyanya perlahan.

“Kamu di ICU rumah sakit, Nak.

“Kok begitu?”

“Syukur kamu masih selamat, Nak. Kamu mengalami kecelakaan,” kata ayahnya yang menimpali suara ibunya.

“Kecelakaan?”

“Ya. Kamu kecelakaan bersama dengan bapak Kwee Siang almarhum,” jelas ayahnya lagi.

“Almarhum? Dia meninggal?” tanya Ronaldo dan ingatannya pun perlahan mulai pulih.

Dia dan kwee Siang naik Fortuner VRZ 4 x 4 menuju Pontianak. Dia mengendarai mobil itu yang menurut perasaannya biasanya saja, meskipun dia tidak sadar jika kecepatan mereka sudah lewat 110 km perjamnya.

Dia sekarang hampir mengingat semuanya dan sampai dia mengalami keelakaan itu dan sejak itu tidak ingat apa-apa.

“Di manakah beliau?” tanyanya.

 Sambil juga mencoba kembali menggerakan tubuhnya dan dia mengaduh ketika dia merasakan kaki, tangan dan dadanya sangat sakit.

“Aaaduuuhhh …!”

Sekarang Ronaldo semakin meyadari jika tangan dan kakinya di perban, juga sepertinya dadanya ada yang sakit dan sangat nyeri.

“Jangan banyak bergerak dulu, ya. Istirahat saja, biar proses penyembuhannya cepat,” terdengar suara merdu seorang wanita yang masuk dari arah pintu.

Ternyata dokter yang merawatnya. “Kamu diberi kesempatan hidup oleh Tuhan, karena kecelakaannya cukup parah tetapi kamu bisa selamat dan sekarang sudah melewati masa kritis.”

“Ooohh,” keluh Ronaldo terpana ketika melihat dokter itu begitu cantik dan masih muda.

“Kaki dan tanganmu sudah di gips, agar penyembuhannya cepat. Dadamu sudah di operasi, karena tulangnya ada yang retak,” jelas dokter itu.

“Oohh,” sahut Ronaldo lagi dengan suara masih lemah.

Bukan karena dia memang merasakan sakit, tetapi terutama karena terpana melihat wajah cantik dokter yang merawatnya itu.

Lihat selengkapnya