Bavik mendapat kabar dari adiknya yang bekerja sebagai PNS di kantor pemerintah daerah. Sang adik memberitahu bahwa akan ada seleksi terbuka untuk mengisi lowongan sebagai komisioner Komisi Pemilihan Umum di kabupaten mereka.
Mendengar informasi itu, Bavik langsung tertarik. Menurut penjelasan adiknya, posisi tersebut memiliki gaji yang sangat besar, lengkap dengan berbagai tunjangan. Pikiran Bavik pun mulai dipenuhi bayangan masa depan yang lebih mapan jika berhasil lolos seleksi itu.
Selain itu juga, prestise sebagai komisioner itu lumayan juga. Karena mereka akan dihargai seperti lembaga vertikal lainnya. Mereka akan berhubungan dengan para pejabat daerah dan pusat serta beberapa pejabat penting lainnya di seluruh Indonesia.
Bavik berusaha meyakinkan Otong agar mau mengikuti tes itu. Ia percaya, selama proses seleksi berlangsung jujur, suaminya pasti mampu bersaing. Bavik mengenal Otong luar dalam—kemampuan, ketekunan, dan tekadnya.
Baginya, Otong bukan tipe orang yang setengah hati. Jika sudah menargetkan sesuatu, ia akan belajar tanpa kenal lelah, mempersiapkan diri dengan serius, dan mengerahkan seluruh kemampuannya sampai tujuan itu tercapai. Keyakinan itu membuat Bavik tak ragu mendorong suaminya untuk mencoba.
“Bang, tadi gue ada dengar dari adek yang di PEMDA tuh, jika ada pembukaan untuk menjadi komisioner KPU kabupaten.”
“Ooh. Maksud Lu, siapa tahu gue mau ikut mendaftar. Gitu kah, Dek?”
“Iya Bang,” sahut Bavik agak malu-malu dan merasa tidak enak hati.
Hal ini memang agak sulit dia ungkapkan, karena itu berarti secara tidak sadar dia tidak terlalu respek dengan pekerjaan yang sekarang sedang dilakoni oleh suaminya sejauh ini. Tetapi Otong sama sekali tidak marah atau pun tersinggung, karena dia paham terkadang juga wanita ingin melihat suaminya mempunyai pekerjaan yang punya prestise.
Meskipun bagi Otong pekerjaan itu sama saja, yang pentingkan hasil akhirnya adalah menghasilkan uang. Uang itu sama manisnya, didapat dari upaya apa saja toh sama nikmatnya. Yang pentingkan sejauh itu didapatkan secara legal dan halal.
Tetapi Otong sangat memahami jika isterinya menginginkan dia mendapatkan pekerjaan yang posisinya lebih terhormat, sehingga sebagai suami yang baik dan penuh pengertian maka dia tidak mau mengecewakan harapan isterinya.
Otong pun pergi ke kantor KPU kabupaten dan bertemu dengan tenaga sekreatriat dan meminta persyaratannya. Seorang gadis manis dan masih muda berkerudung ungu menerimanya. Pada waktu itu masih cukup pagi dan belum ada pelamar lain yang terlihat datang.
“Selamat pagi Non,” sapa Otong sambil tersenyum.
“Selamat pagi, Bapak. Apa yang bisa saya bantu?”