Akhirnya benarlah prediksi Otong, jika proses seleksi itu membutuhkan waktu yang cukup lama, karena memang setiap jenjang tesnya itu hasil seleksinya memerlukan waktu sanggah atau masukan dari masyarakat dengan alokasi waktu selama rata-rata dua minggu.
Setelah dia dinyatakan lolos seleksi administrasi, maka yang pertama dia ikuti adalah tes tertulis, itu dilakukan di sebuah sekolah kejuruan di ibu kota provinsi. Yang ikut tes dari seluruh provinsi itu lebih dua ribu orang untuk menjadi anggota KPU di daerahnya masing-masing.
Sementara nantinya yang akan di terima menjadi komisioner itu hanyalah sekitar seratus orang saja, jadi prosentase kelulusan atau peluang untuk setiap orang hanyalah sekitar 5% saja.
Proses tes yang mereka jalani cukup rumit dan cukup beragam. Dalam tes tertulis, mereka di tes kemampuan pengetahuan tentang UUD 1945, Pancasila, Wawasan Nusantara, negara kesatuan Republik Indonesia, hidup bersama dalam keberagaman, serta sekitar ratusan soal tentang materi yang berkaitan dengan pengetahun tentang kepemiluan.
Dalam tes ini, ada ratusan pelamar yang gugur karena nilainya tidak mencapai passing grade. Sementara Otong berada di bawah sedikit yang memperoleh nilai tertinggi. Ternyata yang memperoleh nilai tertinggi itu adalah seorang perempuan. Di sini terbukti jika perempuan itu lebih tekun belajar dibandingkan laki-laki.
Tahap kedua mereka tes kejiwaan di sebuah rumah sakit jiwa, ternyata orang yang ke sana itu luar biasa banyaknya, bukan hanya mereka yang mau tes di KPU saja yang datang.
Tetapi rupanya yang mau nyaleg dan juga para pegawai yang mau naik pangkat serta anak-anak sekolah yang mau masuk ke sekolah khusus juga semuanya harus mendapat sertifikat layak untuk mengikuti seleksi ke dalam keperluan mereka masing-masing itu dan harus dilakukan di sana juga.
Karena di provinsi mereka hanya itulah satu-satunya rumah sakit jiwa, maka pilihannya tidak ada selain pergi ke situ semuanya. Sehingga pada hari pertama itu Otong tidak mendapatkan kesempatan, karena orang yang antri itu jumlahnya sudah ribuan.
Akhirnya Otong nekat besok paginya datang pagi-pagi ke situ. Dari hasil pembicaraannya dengan seseorang peserta dia mendapatkan khabar bahwa orang itu sudah menunggu di sana sejak dari pukul empat subuh.
Besoknya dari tempat dia menginap pukul 2.30 dini hari Otong sudah berangkat ke sana dengan menggunakan ojek online. Ternyata sudah ratusan orang yang berada di sana. Mereka memenuhi ruangan untuk mengambil nomor antrian, utunglah Otong masih bisa mendapatkan nomor antrian seratus sekian.
Hari itu Otong ikut antrian dan menahan lapar, haus, serta menahan mau buang hajat. Ketika dia sudah mendapatkan nomor antrian, maka dia pun mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tes. Di dalam ruangan sudah tersedia alat-alat tulis untuk mengerjalan soal-soal itu.
***
Otong kebetulan banyak bertemu orang yang mengikuti tes ini, salah satunya Murni. Keduanya berdialog perihal tes yang telah mereka ikuti.
“Dalam tes kejiwaan ini, mereka mengerjakan tes MMPI—Minnesota Multiphasic Personality Inventory,” jelas Otong.