Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #148

148-Tes Kesehatan Di RS & Kepolisian

 

Selain itu juga, tes kejiwaan ini biayanya cukup besar bagi kantong Otong. Karena biayanya sudah enam digit, sehingga sewaktu dia membayarnya dia merasa sayang sekali. Apakah pemerintah tidak bisa memberikan tes gratis bagi mereka?

Sehingga jika di kalkulasi, maka ketika dua ribuan dari kelompok mereka saja yang ikut tes maka pihak rumah sakit atau siapalah mereka itu akan mendapatkan pemasukan bruto sekitar beberapa milyar rupiah.

Setelah lulus tes psikologi di sebuah rumah sakit jiwa itu rampung, maka berikutnya mereka harus mengikuti tes kesehatan di rumah sakit pemerintah yang terbesar di ibu kota provinsi itu. Tesnya juga sangat rumit dan bermacam-macam, tetapi semuanya berhubungan dengan kesehatan mereka.

Hal-hal yang diperiksa adalah seperti tekanan darah, jantung, gula darah, kesehatan mata, kesehatan gigi, kesehatan pendengaran, paru-paru, periksa darah untuk HIV dan penyakit penular lainnya seperti hepatitis, raja singa dan lainnya.

Mereka juga di suruh berdiri dan berlari diatas treadmill berkomputer dengan tubuh mereka dihubungkan dengan kabel-kabel yang begitu banyak.

Sempat Otong  melihatnya, rupanya salah satu merek terkenal dari Amerika Serikat. Otong  tersenyum saja dalam hatinya, karena sampai hampir seratus tahun Indonesia merdeka maka membuat alat canggih seperti itu saja kita tidak mampu selain kemampuan kita saling iri dan membuat gibah dengan kemajuan orang orang lain.

Pemeriksaan kesehatan ini sangat teliti, sampai hal-hal kecil seperti lutut di palu, di suruh berdiri dan berjongkok dengan cepat dan di tanya pusing tidak. Bahkan mereka juga di suruh membuka seluruh pakaian mereka untuk di lihat apakah ada bekas operasi atau tidak sampai-sampai alat kelamin mereka di teliti dengan seksama apakah ada penyakitnya atau tidak.

Dalam menjalani tes kesehatan di rumah sakit ini memerlukan waktu tiga hari baru ada hasilnya, tetapi semuanya tidak diumumkan. Nanti akan diumumkan setelah selesai tes di Kepolisian. Padahal menurut Otong idealnya harus diumumkan, agar jangan sampai mereka yang tidak sehat tidak ketahuan oleh masyarakat.

Karena sewaktu seleksi administrasi dan tes kejiwaan masyarakat boleh tahu, mengapa tes kesehatan ini tidak diumumkan secara tersendiri, mengapa pula harus digabungkan dengan tes yang dari kepolisian?

“Setelah tes di rumah sakit itu rampung, kita masih harus ikut tes lagi di Polisi Daerah, dua hari berikutnya,” kata salah satu peserta sepertinya yang serba tahu.

“Oh, jadi lanjut tes lagi? Tes apa kali ini?” tanya temannya.

“Tes psikologi, sama seperti yang di Rumah Sakit Jiwa beberapa minggu lalu,” jawabnya.

“Bedanya apa?”

“Di sini lebih rumit, soalnya juga lebih beragam. Semua soal yang ada waktu tes kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa kemarin tetap ada, tapi model dan kombinasinya berbeda,” jelasnya. .

Lihat selengkapnya