Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #150

150-Tes Di Bawaslu

 

Seharusnya pada setiap sesi dan jenjang tes itu semua hasilnya diumumkan ke masyarakat, sehingga semua pihak merasa puas dan legowo ketika melihat dirinya memang tidak memenuhi persyaratan. Jadi tidak akan ada beredar issue-issue yang miring tentang proses seleksinya, karena semuanya transparan dan terbuka sesuai undang-undang keterbukaan informasi.

Transparansi di sini memang sangat perlu, karena semua peserta tes itu telah membuang uang, waktu, tenaga dan daya upaya untuk mempersiapkan diri dan juga dalam proses maupun aktivitas sewaktu mengikuti tesnya.

Sehingga jika memang ada permainan di situ meskipun terselubung, maka itu adalah suatu dosa besar dan juga pengkhianatan terhadap demokrasi, transparansi, integritas dan kemanusiaan.

“Bang, ikut tes di Bawaslu dong,” bisik isterinya tiba-tiba sambil tersenyum manis pada suaminya.

Pada waktu itu Otong sedang mengetik sebuah novel yang berjudul Kemarahan Sang Kaisar. Yaitu sebuah novel yang menceritakan tentang seorang ayah yang terlalu membanggakan anak-anaknya yang berwajah tampan dan betul-betul tidak memperdulikan anak-anaknya berwajah yang jelek.

Apapun yang dilakukan oleh para anaknya yang tampan itu adalah mutlak benar adanya, sementara sebaliknya apapun yang dilakukan oleh anak-anaknya yang berwajah jelek itu selalu dikalikan nol.

Otong memilih judul demikian, karena tokoh ayah itu digambarkannya sebagai figure terkeras di muka bumi seperti layaknya Jengis Khan dan semua pendapatnya mutlak benar dan harus dipatuhi dan sama sekali tidak boleh dibantah laksana titah seorang mahabenar sang kaisar.

Jengis Khan menganggap dirinya benar, tapi di satu sisi dia punya istri sangat banyak, sampai mempunyai anak puluhan juta. Tapi karena dia punya k8uasa, maka benarlah tindakannya.

Otong menarik nafas panjang, “elu menginginkan Abang ikut tes di sanakah, Say?” tanyanya.

Dia menghentikan jari-jarinya yang sedang menari-nari di atas keybord komputer, saat mengetik seperti layaknya induk ayam yang mematuk beras tumpah yang berserakan diantara batu-batu di tanah.

“Ya, Bang.”

Suami yang sudah cukup berumur ini tersenyum manis pada isterinya, seorang isteri yang begitu cantik ramping yang sangat dicintainya dan tidak sampai hati disakitinya.

Meskipun Otong sudah sangat kecewa dengan hasil tes di KPU kemarin, tetapi dia tidak mau mengecewakan harapan isterinya yang menginginkannya menjadi seorang pejabat yang menurut isterinya lebih bergengsi daripada seorang laki-laki yang kerjanya tak pasti.

Padahal dalam hati Otong, jadi apapun dia kan yang penting dapat duit. Dari manapun duitnya itu, sama enaknya. Asalkan sah dan halal.

“Iya, sayang. Nanti gue ikut tes. Besok gue mengambil persyaratannya di sekretariat BAWASLU kabupaten, ya.”

“Terima kasih, Abang. Elu ganteng deh,” celetuk isterinya sambil merapatkan pipi mereka.

Otong tersenyum saja, karena dia sangat menyadari jika dirinya sungguh bukanlah laki-laki yang tampan, meskipun tidak juga bisa di bilang terlalu jelek. Tapi cukuplah untuk sekedar melanjutkan hidup di dunia fana ini.

Lihat selengkapnya