Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #154

154-Uang Tidak Bersaudara

 

Tiba-tiba Otong merasa ponselnya bergetar dalam sakunya, sehingga cepat dia keluarkan. Timbul Samudra, gumam Sangen. Dia membuka pesannya, ternyata menanyakan apakah Otong sudah punya Pasport atau belum.

"Sudah," jawab Otong mengirimkan jawabannya juga via pesan WA.

"Baik, minggu depan kita ke Kuching ya, persiapkan yang perlu," pesan Timbul Samudra lagi.

Otong memang paham, jika ke Kuching itu memang memerlukan passport, meskipun itu masih satu pulau tetapi sudah beda negara. Karena Kuching itu merupakan ibu kota negara bagian Sarawak, Malaysia Timur.

"Siap, jawab Sangen. "Tapi omong-omong, dalam rangka apa ini, Bro?"

"Biasalah, kelompok kita mau jalan-jalan selama tiga hari di sana," jawab Timbul Samudra.

"Ooohh siap Bro," balas Otong lagi.

"Gitu saja ya, jangan lupa pastikan pakaian ganti selama tiga hari. Untuk urusan tiket dan konsumsi serta akomodasi ditanggung oleh lembaga kita."

"Siapp," sahut Sangen.

Otong membathin dalam hatinya, sepertinya kepergian mereka ini adalah salah satu untuk SPJ uang bantuan pada Pemda pada mereka kemarin. Bantuan itu dia hanya tahu jumlahnya sebesar satu miliar rupiah, tetapi dia sama sekali tidak pernah melihat mata uangnya. Semua pengambilan dan penggunaan keuangannya dilakukan oleh ketua, Otong hanya tinggal tanda tangannya.

Mereka pandai, yang di suruh minta tanda tangan ke rumah adalah salah seorang guru Taekwondo sabuk Coklat yang menjadi guru Taekwondo dikota mereka. Mungkin maksudnya agar Otong ngeper dan tidak banyak cingcong.

Tapi meskipun yang datang adalah guru bela diri yang sangat terkenal di kotanya, Otong sama sekali tidak gentar. Dia perhatikan dengan teliti semua SPJnya, setelah di lihatnya aman maka barulah dia tanda tangani.

Tapi yang paling penting, adalah di situ jelas tertulis bahwa pengambilan uang itu dilakukan oleh Timbul Samudra dari bank dan penggunaannya oleh beberapa orang lainnya dan sama sekali tidak ada nama Otong di situ.

Otong hanya bertanda tangan saja karena jabatannya adalah bendahara, yaitu sebagai orang yang mengetahui dan mengesahkannya. Bahwa penggunaan uang itu adalah demikian adanya, tetapi semuanya dilakukan bukan olehnya.

"Kalau sampai ada masalah waktu pemeriksaan, aku siap cerita apa adanya, soalnya aku memang nggak pernah buka rekening bank apalagi ambil uang di situ," kata Otong.

"Wajar kalau kamu tenang, soalnya aku juga haqul yakin kamu nggak bakal diselidiki," ujar Bavik.

"Iya, apalagi banyak kasus lain yang omsetnya sampai miliaran malah hilang begitu saja tanpa kabar," tambah Aprilia.

"Contohnya pembangunan pasar yang letaknya jauh banget di luar kota, sampai bertahun-tahun nggak ditempati pedagang," kata Otong.

"Padahal jelas-jelas tempat itu sepi karena lokasinya nyeleneh," sambung Bavik.

"Ujung-ujungnya malah jadi tempat orang-orang nggak bermoral buat melampiaskan nafsu bejat, buktinya sarung alat kelamin laki-laki berserakan di sana," kata Aprilia.

"Dan terakhir kemarin, malah dijadikan kandang tambat sapi," pungkas Otong.

Lihat selengkapnya