Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #155

155-Siapkan Saja Satu Miliar

 

Siang itu, Otong kedatangan salah satu adiknya yang terkenal paling perlente di keluarga. Penampilannya selalu rapi jali, kemeja licin tanpa kerut, celana disetrika sampai tajam bak silet, dan aroma parfum menyebar sejauh satu jengkal dari hidung siapa pun yang lewat.

Bukan sembarang parfum, baunya setajam setanjung, sanggup membuat orang menoleh dua kali, entah karena terpesona atau karena kepedasan aromanya.

Adiknya ini memang jago bicara. Kalimat demi kalimat meluncur dari mulutnya seperti air dari keran yang baru dibuka penuh. Tapi, bagi mereka yang punya telinga akademis dan otak bahasa yang terlatih, jelas sekali kalau struktur kalimatnya sering amburadul.

Bahasa Indonesianya kadang seperti jalan berlubang penuh belokan aneh, kadang tersandung, kadang malah melompat ke jurang tata bahasa.

Bukan tanpa sebab. Pendidikan formalnya memang minim. Dia lebih sering “membeli” pendidikan ketimbang menjalaninya.

Dari paket ijazah hemat yang cuma dapat fotokopi buram, sampai paket premium yang dilengkapi toga, piagam, dan foto wisuda palsu. Dari ijazah SMP, SMA, hingga gelar sarjana—semuanya paket, tidak ada yang “diolah secara tradisional” melalui belajar sungguhan.

Maka, walaupun dia selalu tampil percaya diri dengan jurus lobi andalannya, orang yang pernah benar-benar duduk di bangku sekolah akan segera menangkap kejanggalannya.

Ucapan-ucapannya kerap bertubrukan di udara, istilah asing dan kosakata Bahasa Indonesia yang maknanya sebenarnya sama persis, atau setidaknya mirip sekali, dipaksakan keluar beriringan. Hasilnya seperti menonton pertunjukan sulap bahasa yang setengah gagal: penonton bingung, sang pesulap tetap senyum lebar.

Hal ini lebih-lebih lagi jika dia menggunakan Bahasa tulis seperti di pesan WA dan surat-menyurat. Dia sering mengatakan sesuatu yang berulang dengan kosa kata yang berbeda, misalnya dia mengatakan jalan keluar dan solusinya apa?

Supaya kita penuh perhatian dan atensi. Ini belum termasuk biaya penginapan dan biaya akomodasi. Harus kalian masukan juga biaya makan dan biaya konsumsinya. Atau dia bisa mengatakan, ini belum termasuk biaya perjalanan dan biaya tranportasi dan seterusnya.

Hal ini memang terjadi karena dia sama sekali tidak mengetahui Bahasa Inggris dan juga sekolah resminya hanya sampai jenjang Sekolah Dasar saja. Tetapi keberanian dan lobby-lobbynya dengan para pejabat memang patut diacungi jempol.

Sehingga dia sering mendapatkan proyek dari mereka, hanya sayangnya dia suka berjudi, main perempuan dan mabuk-mabukan dan ada indikasi pengguna narkoba juga. Sehingga uang miliaran yang didapatnya itu sering sia-sia.

Bahkan anak dan isterinya di rumah sering terlantar, karena di luaran dia asyik masyuk dengan para wanita bayaran dan para wanita yang bisa di pakai just one night stand.

Bahkan di mana dia ada punya proyek, maka bisa dipastikan di situ dia pasti punya isteri. Yang anehnya para wanita itu percaya saja ketika dia katakan bahwa dirinya masih bujang, sehingga mereka mau saja dinikahinya.

Padahal jika dilihat dari umur dan tampangnya, seharusnya para wanita itu bisa curiga jika seorang laki-laki berwajah tampan dan berkehidupan mapan itu pastilah sudah punya keluarga. Tetapi kok mereka mau saja di tipu seperti itu ya?

Bahkan banyak diantara mereka itu mau di depe atau di kredit dulu sebelum resmi dinikahi sehingga akhirnya hamil duluan. Atau jangan-jangan memang tingkat literasi dan daya analisa generasi muda sekarang itu begitu tumpulnya sehingga mudah dibohongi?

Lihat selengkapnya