Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #156

156-Masih Sapu Lama

 

Namun, di dalam hati, Otong merasa sulit menerima tuduhan bahwa aparat pemerintah ikut bermain dalam proses penerimaan pegawai negeri sipil. Baginya, hal itu terdengar berlebihan, apalagi sekarang aturan sudah jelas dan ketat.

Undang-undang menegaskan bahwa setiap aparat harus bertindak jujur, transparan, dan sesuai prosedur. Ia teringat berita-berita resmi yang sering ia baca, di mana pemerintah berulang kali mengkampanyekan integritas dan profesionalisme.

Otong percaya, meskipun mungkin ada oknum, tidak semua aparat pantas disamaratakan sebagai pemain curang.

“Kalau semua dituduh begitu, sama saja kita menutup mata pada mereka yang benar-benar menjalankan tugasnya dengan lurus,” pikirnya.

Dalam benaknya, ia membayangkan ribuan orang yang bekerja keras menembus seleksi, belajar siang malam demi lolos tes, tanpa bantuan koneksi. Otong ingin percaya bahwa sistem sekarang jauh lebih bersih dibanding masa lalu, meskipun, dalam hati kecilnya, ia sadar masih ada orang yang berpikir sebaliknya.

Sehingga akhirnya ia tetap menyangkal pendapat adiknya…

“Dek, jangan fitnah ya, saya yakin jika pelaksanaan tes baik di lembaga PNS maupun TNI atau POLRI itu semuanya jujur adanya. Apalagi ini sudah instruksi kepala negara dan pimpinan pusat institusi itu masing-masing.”

“Jika pelaksanaan tesnya harus jujur dan transparan, bahkan sering kita lihat di media massa ada anak petani atau anak tukang becak yang lulus jadi PNS atau Polisi atau Tentara, tanpa bayar sepeser pun.”

“Makanya tadi saya bilang, Abang ini kurang piknik,” ujarnya sambil mengibaskan tangan, seolah sedang menepis kabut di depan wajahnya. “Itu cuma pencitraan doang. Sengaja mereka gembar-gemborkan biar nutupin permainan di belakang layar.”

“Saya tetap nggak percaya,” sahut Otong, nada suaranya keras kepala seperti pintu tua yang susah ditutup.

“Perlu Abang sadari, memang sekarang itu di tuntut kejujuran dan transparansi dalam pelakasanaan tes itu di semua jenjangnya. Itu adalah kebijakan nasional, tapi Abang jangan lupa jika para pelaksana di jajaran di bawah itu masih orang yang sama.”

“Mungkin saja aturannya sudah berubah, tetapi para pelaksananya itu masih mempunyai pola pikir dengan paradigma yang lama. Mana bisa mereka langsung berubah seperti aturan itu, sehingga di sinilah terjadinya peluang-peluang permainan itu. Jadi untuk membersihkan rumah tetap memakai saou yang tua,” jelas adiknya.

“Tapi kalau tes CPNS aku yakin tidak ada permainan itu,” bantah Otong lagi karena tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh adiknya. “Itukan sudah jelas lowongannya dan juga persyaratan penerimaannya.”

Lihat selengkapnya