Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #157

157-Ketika Tuyul Difitnah

 

Pagi menjelang siang udara masih menusuk kulit, meskipun langit cerah tanpa tanda-tanda hujan. Embun masih menempel di ujung daun, memantulkan cahaya mentari yang sudah terasa panas menyengat kulit.

Mungkin sekitar jam sepuluh pagi, karena Otong tidak mengenakan jam tangannya.

Suasana memang masih segar sekaligus dingin, tapi Otong turun ke tanah, melangkah pelan di pematang yang licin, menuju kolam kecil di belakang rumah.

Tangannya membawa ember berisi pelet, makanan favorit ikan-ikan peliharaannya. Dengan gerakan teratur, ia menaburkan pakan ke permukaan air. Seketika, riak-riak kecil bermunculan, disusul lompatan ikan yang berebut makanan.

Senyum tipis muncul di wajah Otong . Bagi orang lain, ini mungkin hanya rutinitas sederhana. Tapi bagi Otong , momen pagi seperti ini adalah bentuk rasa syukur; hidup sederhana, udara segar, dan ikan-ikan yang sehat adalah kebahagiaan yang tak perlu dibeli.

 Tiba-tiba saja dia mendengar suara motor yang mendekat dan sejenak kemudian dia melihat ayahnya datang diantarkan oleh seorang tukang ojek lagi dari kota tempat domisilinya. Otong hanya menarik nafas panjang, karena itu berarti harus bayar ojek lagi.

Dia bukannya tidak senang melihat ayahnya datang, tetapi harga ojeknya itulah yang menjadi sedikit masalah baginya. Yang susahnya, adik-adiknya yang kaya malahan punya mobil, tidak mau mengurus ayah mereka.

Tapi celakanya, ayahnya ini selalu membanggakan adik-adiknya, karena mereka tampan dan suka berbuat bully terhadap orang lain …

Sungguh sikap yang aneh bin mustahil …

Biaya ojek sepeda motor itu menurutnya sangat mahal, karena jika menggunakan kendaraan umum maka biayanya hanya sekitar lima belas ribu rupiah saja, sementara jika menggunakan jasa ojek itu paling murah mereka akan minta lima ratus ribu rupiah.

Untunglah kemarin ikan lele Dumbo peliharaannya priode tiga bulan terakhir ini sudah dibeli oleh sebuah warung makan pelanggannya, sehingga dia bisa langsung membayarnya tanpa harus meminjam dengan adik iparnya lagi seperti tempo hari.

“Bayarkan aku ojek ini,” perintah ayah ketika dia melihat Otong sedang menaburkan pakan ikan apungnya ke dalam keramba.

“Berapa?” tanya Otong langsung pada pengendara ojeknya.

“Lima ratus ribu jak,” jawab ojeknya. Orangnya adalah masih yang tempo hari yang menjadi langganan ayahnya.

“Tunggu sebentar ya Pak,” kata Otong kepada tukang ojeknya.

Otong lalu naik ke rumah dan mencuci kakinya di dalam WC, kemudian masuk ke kamar tidur mereka lalu membuka lemari pakaiannya untuk mengambil uang dalam lacinya. Kelakuannya ini menimbulkan suara agak berisik sehingga membangunkan isterinya yang masih tidur.

“Ayah,” bisik Otong perlahan ketika melihat isterinya bergerak.

“Ooohh,” desah isterinya lalu langsung bangun dari tempat tidurnya.

Lihat selengkapnya