Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #158

158-Terjatuh Kedalam Sungai


Subuh itu keadaannya dingin sekali sampai menggigit tulang, mungkin suhunya ada sekitar 20 derajat Celcius. Meskipun suhu sedingin itu bagi orang-orang yang tinggal di daerah dingin masih terhitung hangat, tetapi bagi Otong cukup membuatnya merasa selimut yang di pakainya masih kurang tebal. Tetapi karena kebelet mau buang air kecil, maka Otong memaksa dirinya untuk bangun dan pergi ke WC.

Dia lihatnya jam ditangannya, baru menunjukan pukul tiga dini hari. Rupanya bak mandinya di dalam WC sudah penuh terisi air hujan, karena aliran air hujan dari talang langsung dimasukannya ke dalam bak WC dengan menggunakan pipa PVC. Sementara di luar masih terdengar hujan turun, namun hujannya tidak terlalu deras tetapi intens. Sejauh pengalaman Otong maka ciri-ciri hujan seperti ini biasanya sangat lama baru berhenti.

Setelah buang air kecil, Otong tidak bisa tidur lagi, akhirnya dia menanak air untuk membuat kopi dan menghidupkan komputernya. Dia mau memanfaakan dirinya yang tidak bisa tidur lagi ini dengan melanjutkan menulis novelnya. Novel itu masih panjang, karena belum separuh ditulisnya.

Menulis novel pada saat subuh begini sejauh pengalamannya adalah sangat enak. Ide-idenya rasanya mengalir saja, sepertinya pikiran sangat lancar saja menuliskan dialog dan narasinya. Diapun heran mengapa menulis novel pada saat subuh begini terasa lancar dan mengalir saja.

Apakah hal itu dipengaruhi oleh pikiran yang segar sebab baru bangun tidur karena sudah berisitirahat? Ataukah karena suasana yang dingin dan masih sepi sehingga tidak ada gangguan terhadap pikiran kita?

Otong meneruskan mengetik novelnya yang berjudul Kemarahan Sang Kaisar kemarin, sehingga dalam waktu satu jam saja satu bab yang berisi lebih dari seribu lima ratus kata sudah selesai ditulisnya. Setelah mencapai kata sebanyak itu, maka dia menghentikan kegiatannya, karena menurut info di internet maka sebanyak itulah rata-rata jumlah kata yang disukai oleh orang dalam membaca satu bab novel online dengan gawai Androidnya.

Dia berencana mengeditnya nanti, yaitu setelah dia menanak nasi. Dia lalu mematikan komputernya, karena pengalamannya lebih enak dia mengedit tulisannya setelah ada jeda kurang lebih selama satu jam, sehingga dia segera memanfaatkan waktu yang tersedia sebelum pagi dengan mengerjakan pekerjaan lainnya lagi.

Ketika Otong menunggu nasinya matang sambil membuka gawainya di dapur, ayahnya tiba-tiba keluar dari kamar tidurnya dan buang air kecil ke WC. Setelah itu dia lalu duduk bersama Otong di dapur.

Melihat ayahnya bangun dan duduk bersamanya seperti itu, Otong segera membuatkan susu lansia untuk ayahnya.

“Aku mau mudik ke hulu,” kata ayahnya tiba-tiba sambil menyeruput susu yang dibuat oleh Sangen.

Di daerah mereka ini belum ada jalan darat ke arah hulu, maka transportasinya adalah melalui air sungai Melawi yang jaraknya cukup jauh ke arah kampung mereka di pedalaman. Jika menaiki motor diesel, maka perlu waktu dua hari penuh menuju ke sana, tetapi jika menaiki speed boat maka hanya perlu waktu sekitar enam jam saja.

“Ayah kan sudah tua, kalau bisa jangan terlalu sering hilir mudik ya,” saran Otong perlahan karena takut menyinggung ayahnya.

Otong menatap kosong sebentar, lalu berkata, “Aku jadi ingat, bulan lalu sempat heboh kabar orang meninggal karena jatuh ke sungai waktu mudik ke arah hulu.”

Lihat selengkapnya