Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #164

164-Dia Ayahku, Yang Lain Anakku

 

Awalnya, Busang dan Busing sama sekali tidak berniat mengerjai kakek mereka pada pagi itu. Namun, ketika pulang, mereka mendapati kakek enggan membukakan pintu.

Hal itu membuat keduanya kesal dan marah.

Sementara itu, mama mereka sedang mengantarkan bahan sayuran ke rumah mama dan adiknya yang berada di sebelah darat. Sesampainya di sana, ia langsung ikut bertamu dan mengobrol sambil menyeruput teh yang dicampur susu, sehingga kunjungannya agak lama.

Sayuran itu mereka dapat kemarin sore dari kebun sendiri di tanah darat. Sudah menjadi kebiasaan keluarga ini untuk berbagi hasil panen dengan bibi dan para tetangga.

Sementara mama mereka sibuk bertamu, di tanah di luiar rumah Busang dan Busing mulai bersekongkol.

Diam-diam, mereka menyelipkan beberapa buah cabai rawit ke dalam setiap potong kue bingka yang baru saja mereka beli untuk kakek.

Ketika Mama mereka kembali dari rumah bibi, akhirnya barulah kakek membukakan pintu bagi mereka.

Setelah masuk ke dalam rumah, Bavik langsung mencuci piring yang banyak kotor, sementara anak-anaknya masuk kamar masing-masing sambil menikmati kue mereka, sambil tidak lupa menyerahkan kue bagian kakek.

Begitu juga mertua Bavik, dia menikmati kuenya dengan menghadapi meja makan sambil meminum susu untuk lansia yang sudah dibuatkan oleh Bavik .

Tiba-tiba, ayah mertuanya — “pppprrrruuussshhh!” — menyemburkan kue yang sedang dikunyahnya. Air liur dan remah kue beterbangan ke segala arah.

“Kue buatan siapa ini?” tanyanya tiba-tiba, nada suaranya campur aduk antara terkejut dan penasaran. “Orang Melayukah? Orang Dayakkah? Orang Jawakah? Atau orang Cinakah?”

Bavik, yang saat itu sedang mencuci piring kotor dengan posisi membelakangi mertuanya, hanya melirik sedikit. Ia tidak menyangka akan mendapat interogasi dadakan soal asal-usul kue.

“Ndak tahu juga, Yah. Kami beli kue itu tidak pernah tanya suku apa yang membuatnya. Memangnya ada apa, Yah?” tanya Bavik bingung ketika melihat ayah mertuanya segera meminum susu lansianya dengan buru-buru.

“Mereka yang membikin kuenya ini sangat bodoh,” omelnya lalu kembali meminum susunya. “Massya kue di beri cabe rawit segala.”

“Ooh, ndak tahu juga Ayah,” desah Bavik sambil sudah curiga jika ini adalah ulah anak-anaknya.

Dia segera menghentikan sementara cucian piringnya dan naik ke lantai dua ke tempat anak-anaknya yang berada di dalam kamar mereka masing masing.

Dia ketuk pintu kamar Busing, ketika keluar terlihat anaknya sedang menahan tertawa.

“Kamu kah yang memasukan cabe rawit ke dalam kue bingka kakek?” tanya Bavik berbisik, takut kedengaran oleh ayah mertuanya yang berada di bawah.

Lihat selengkapnya