Di depan rumah, tampak dua pria yang baru saja berhenti dengan Yamaha Byson mereka. Mereka menoleh ke sana-sini, seolah mencari sesuatu, dan akhirnya memandang nomor rumah mereka. Otong cepat-cepat membuka pintu dan menyapa keduanya dengan ramah.
“Selamat pagi. Maaf, boleh tahu sedang mencari siapa, Dek?” tanya Otong, karena melihat kedua orang itu jelas lebih muda darinya.
“Oh, maaf juga. Apakah ini rumah Bapak Otong?” tanya keduanya dengan sopan.
“Betul, saya Otong. Ada yang bisa kami bantu?”
“Benarkah ayah Bapak tinggal di sini?”
“Ya, benar. Eh, maaf, boleh tahu maksud kedatangan kalian?” tanya Otong, mencoba mengalihkan pertanyaan mereka.
“Maaf, Bapak. Kami dari Credit Union Rejeki Surga. Ada sedikit urusan dengan ayah Bapak,” jelas mereka.
“Oohh,” gumam Otong dalam hati. Pasti berkaitan dengan tunggakan ayahnya, pikir Otong di dalam hati.
“Silakan masuk saja. Kita bisa bicarakan semuanya di dalam,” ajak Otong ramah.
Dua orang itu tingginya menjulang, badannya kekar seperti mau menumbangkan pohon. Dari balik kaus, otot-ototnya seakan mau keluar sendiri. Otong sempat berpikir, “Wah, jangan-jangan ini Debt Collector.”
Tapi melihat sikap sopan mereka, ternyata lebih cocok jadi sales alat kesehatan, mungkin promosi alat fitnes sambil angkat dumbbell, pikirnya sambil menahan tawa.
“Kami hanya ingin melakukan konfirmasi terkait tunggakan ayah Bapak,” kata keduanya setelah duduk di ruang tamu.
“Ooh, ya. Tadi saya baru saja mendiskusikannya dengan ayah,” sahut Otong. “Berapa totalnya, termasuk bunga dan dendanya?”
Tak lama kemudian, ayah Otong muncul, berjalan pelan menuju ruang tamu ketika mendengar tamu datang.
“Oh, ini Bapaknya Otong, ya?” sapa kedua pria itu ramah.
“Siapa ya?” tanya ayah Otong, tampak bingung.
“Dari CU Rejeki Surga, Pak,” jawab mereka.
Ayah Otong tetap terlihat tidak paham tujuan kedatangan mereka. Otong menepuk bahunya dan berbisik, “Kita saja yang urus, Dek. Belakangan ini Bapak memang agak pelupa.”