Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #171

171-Membawa Motor Bodong & Kredit Bank

 

Ketika Otong menanyakan kunci kontak dan STNK motor, adiknya cuma mengangkat bahu sambil menggeleng. “Ah, mungkin ikut terbawa sama anak-anak laki-laki tertua yang lagi main keluar bareng teman-temannya,” jawabnya sambil tersenyum canggung.

Otong mengerutkan dahi, merasa heran sekaligus geli. Motor yang seharusnya sederhana kini tampak seperti ‘monster jalanan’ dengan knalpot racing dan tebeng yang dilepas.

Soal tebeng dan knalpot motor itu, adiknya menunjukkan sudut rumah. Rupanya semua partnya tidak dibuang, hanya ditumpuk rapi di sana.

Otong segera menata, mengikat, dan menyiapkannya agar nanti bisa dibawa pulang dengan aman. Ia menggelengkan kepala sambil tersenyum, membayangkan wajah adiknya yang santai menghadapi kekacauan kecil ini.

Lebih dari satu jam Otong menunggu, akhirnya keponakannya pulang juga. STNK di tangan, diserahkan dengan bangga, membuat Otong lega.

Ia langsung mencoba menstarter motor itu. Begitu suara knalpot menggelegar, anak-anak ayam yang bertengger di kolong rumah beterbangan, kepakan sayapnya memenuhi halaman.

Otong tertawa terbahak-bahak, sambil berkata dalam hati, “Waduh, ini bukan motor, ini konser rock keliling halaman!”

Motor itu kini tampak semakin hidup, bising, tapi sekaligus mengundang tawa.

Setelah memastikan semuanya berfungsi normal, menyampaikan pesan ayah mereka bahwa motor harus dia bawa pulang, Otong permisi pulang dengan mengendarai sepeda motor itu dan juga membawa serta knalpot aslinya serta tebengnya ke kotanya.

Dia tidak sempat memasangnya kembali ke bengkel karena hari sudah menjelang sore, tetapi hanya sempat berbelok ke SPBU untuk mengisi BBM saja.

Meskipun Otong berusaha mengendarai sepeda motor itu dengan hati-hati dan pelan, ia tetap dihentikan saat melewati pos polisi di persimpangan jalan menuju kotanya. Suara knalpot racing yang bising membuat petugas di pos itu menatapnya tajam.

“Hey! Apa-apaan knalpotnya diganti begitu?” bentak penjaga pos, suaranya garang.

“Bukan saya, Pak. Ini ulah keponakan saya. Saya hanya membawanya ke tempat saya. Peralatan asli saya bawa. Rencananya nanti akan dipasang di sana,” jelas Otong sambil menenangkan diri.

“Aah, banyak alasan kamu. Kenapa nggak pasang di sini saja?”

“Sungguh, Pak. Untuk apa saya membawa yang asli jika tidak akan saya pasang? Saya juga tidak mau knalpot racing seperti ini. Sudah sore, jadi tidak sempat.”

“Memangnya mau pulang ke mana?” tanya penjaga pos, masih curiga.

Lihat selengkapnya