Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #174

174-Antarkan Saya Ke Tempat Rubah

 

Pagi itu Otong memperhatikan ikan lele dumbonya pada menggantung di permukaan air di kolam semen tempat dia memeliharanya. Otong tidak tahu mengapa, tetapi dia yakin jika itu pasti ada artinya.

Ikan lelenya itu diberinya makan dengan pelet apung, tetapi sepertinya gerakan mereka tidak terlalu lincah dan bahkan ada beberapa yang tidak mau makan.

“Heran, ya. Mereka kurang sekali makannya …,” gumam Otong sendiri.

Padahal peletnya ini sudah dipilihkannya yang mengandung protein diatas 30%, dengan maksud selera makan mereka bagus sehingga ikan-ikannya cepat besar.

Setelah memperhatikan ikannya itu untuk beberapa lama, Otong lalu segera masuk kembali ke dalam rumah dan menghidupkan komputer desktopnya untuk mencari tahu mengapa demikian.

Otong masih setia dengan komputer desktop kesayangannya, bertenaga Intel Core i7 960 berkecepatan 3,2 GHz, lengkap dengan Cache L2 sebesar 8 MB dan RAM DDR3 berkapasitas 16 GB.

Sementara itu, untuk ketiga anaknya yang sudah beranjak besar, ia menyediakan masing-masing sebuah laptop bekas bermerek Dell. Mesin portabel itu dilengkapi prosesor Intel Core i5 520M berkecepatan 2,4 GHz, cukup memadai untuk belajar, menulis, hingga hiburan sederhana sehari-hari.

Untuk istri dan anak bungsunya, Otong menyediakan sebuah PC Desktop lain dengan spesifikasi yang tergolong sederhana. Mesinnya hanya ditenagai prosesor Core 2 Duo berkecepatan 3,3 GHz.

Walau terbilang jadul bila dibandingkan dengan komputer utama Otong, performanya masih cukup mumpuni untuk kebutuhan harian. Komputer itu mampu dipakai dengan lancar untuk mengetik tugas, menjelajahi internet, memutar musik kesukaan, hingga memainkan beberapa permainan standar.

Bagi mereka, perangkat itu sudah lebih dari cukup, karena kebutuhan utama memang bukan untuk pekerjaan berat, melainkan aktivitas ringan yang sifatnya hiburan dan praktis.

Sambil menunggu komputernya booting sempurna, Otong membayangkan betapa enaknya hidup di jaman sekarang. Segala sesuatunya sudah maju, praktis dan serba instan seperti misalnya informasi dan berita itu begitu cepat dan gampang diperoleh.

Berbeda dengan masa lajangnya dulu, segala sesuatu terasa berjalan begitu lamban, serba repot, dan membutuhkan biaya yang tak sedikit. Segalanya seperti harus menunggu lebih lama, bahkan untuk hal-hal sederhana sekalipun. Tidak heran jika masa itu sering dianggap penuh keterbatasan dan beban pengeluaran.

Pada masa lampau, ketika seseorang ingin mengetahui sebuah informasi, jalannya tidaklah sederhana. Orang harus mendekati mereka yang dianggap pakar di bidangnya, entah seorang guru, tetua kampung, atau siapa pun yang memiliki pengetahuan luas.

Alternatif lain adalah mencarinya melalui buku pintar, ensiklopedia, atau majalah ilmiah, yang tentu saja tidak selalu mudah diakses dan memakan banyak waktu. Namun, seiring berkembangnya teknologi, lanskap pencarian informasi berubah drastis.

Lihat selengkapnya