Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #177

177-DO Itu Apa Sih?

 

Bavik, yang sejak tadi memperhatikan, langsung mendekat. Wajahnya terlihat khawatir bercampur penasaran. “Ngapa, Bang?” tanyanya, nada suaranya lembut namun penuh rasa cemas.

Otong menghela napas sekali lagi, lalu menunduk, menatap lantai papan rumah mereka yang berderit halus. “Anak kita …,” ucapnya lirih dengan wajah lesu.

“Hah? Ada apa dengan anak kita, Bang?” suara Bavik langsung meninggi, panik. Matanya membesar, seolah membayangkan kemungkinan paling buruk.

“Ndak apa-apa. Hanya terancam DO saja,” jelas Otong pelan, nadanya seperti orang kehilangan tenaga.

“Oooohh …” sahut Bavik sambil menepuk dadanya kuat-kuat. “Kirain tadi ada apa-apa sama dia. Astaga, bikin senam jantung saja, Bang.” Ia sampai terkekeh kecil untuk meredakan tegangnya.

“Dia tidak apa-apa kok, Dek,” tambah Otong buru-buru. “Hanya saja, kalau semester ganjil ini dia tidak selesai, maka dia bisa DO dari kampus.”

Bavik menoleh cepat, wajahnya menunjukkan kebingungan tulen. “DO itu apa sih, Bang?” tanyanya serius. “Kedengarannya kayak nama obat berbahaya atau racun serangga. Jangan-jangan itu penyakit baru?”

Otong menghela napas panjang, lalu mencoba menjelaskan dengan sabar, “DO itu singkatan dari Drop Out. Maksudnya, statusnya sebagai mahasiswa diputus sama perguruan tinggi. Bahasa kasarnya, dikeluarkan dari kampus.”

“Ohhh … begitu toh,” sahut Bavik sambil manggut-manggut, tapi keningnya masih berkerut. “Kirain tadi itu singkatan ‘Darurat Operasi’ atau ‘Darah O’ … hampir saja aku panik setengah mati, Bang.”

Otong hanya bisa menepuk dahinya, antara jengkel dan geli melihat polosnya istrinya itu.

“Penyebabnya apa itu, Bang?” cecar Bavik, matanya menatap penuh selidik, ingin tahu lebih dalam.

“Yaah, bisa bermacam-macam,” jawab Otong sambil menghela napas. “Tapi yang paling sering itu karena masa studinya sudah melewati batas yang ditentukan dalam undang-undang atau peraturan tentang pendidikan tinggi.”

“Oooh … begitu,” sahut Bavik sambil manggut-manggut. “Jadi anak kita ini bagaimana?”

“Dia ini hampir melampaui masa studinya, Dek. Kalau semester ini tidak selesai juga, maka dia akan di-DO oleh kampusnya,” ucap Otong dengan wajah muram.

“Kok bisa begitu ya, Bang?” Bavik makin bingung, tangannya refleks mengusap dada sendiri, khawatir kalau kabar ini bikin jantungnya makin kerja keras.

Otong menghela napas panjang lagi, seolah sedang menahan beban batu besar di dadanya. “Saya juga heran. Padahal kita selalu mengawasi dan mengingatkannya. Abang juga rajin memonitor kuliahnya lewat program SIAKAD; mulai dari nilai, pembayaran SPP, semuanya berjalan lancar.

Lihat selengkapnya