Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #178

178-Bavik Kena Pilek

 

Karena Otong sedang menemani anaknya di kota gubernuran untuk urusan kuliah karena terancam DO, maka secara terpaksa semua urusan toko dan pemeliharaan ikan di rumah mereka dipegang oleh Bavik, istrinya.

Sebenarnya, pekerjaan itu bukan perkara kecil. Warung merangkap toko ATK yang mereka kelola berdiri di pinggir jalan ramai, sementara di belakangnya ada kolam-kolam ikan yang setiap hari butuh perawatan.

Jika satu hari saja telat memberi makan, ikan-ikan itu bisa stres, lalu mati, dan tentu saja kerugian besar akan menimpa mereka.

Namun, begitulah hidup. Kadang tidak ada pilihan selain menanggung sendiri semua beban yang seharusnya dikerjakan bersama. Bavik menghela napas panjang setiap kali mengingat hari-hari panjang tanpa Otong.

Anak-anak mereka, seperti kebanyakan anak-anak zaman sekarang, lebih sering rebahan sambil memainkan gawai. Mereka tidur larut malam, bangun pun kesiangan.

Waktu yang seharusnya dipakai membantu pekerjaan rumah malah habis terkuras pada layar kecil penuh cahaya itu. Bavik kadang menatap mereka lama-lama dengan perasaan campur aduk antara kesal, kecewa, dan kasihan.

“Seandainya kalian tahu betapa beratnya hidup tanpa disiplin dan tanggung jawab…” bisik Bavik pada dirinya sendiri setiap kali melihat anak-anaknya masih mendengkur saat matahari sudah tinggi.

Akhirnya, semua pekerjaan; dari membuka toko, melayani pembeli, mengurus stok barang, hingga membersihkan kolam ikan, jatuh ke tangan Bavik. Dia sering pulang ke dapur dalam keadaan punggung basah oleh keringat dan mata sembab karena terlalu lelah.

Tapi, siapa yang peduli? Tidak ada yang benar-benar melihat pengorbanan seorang ibu, kecuali dirinya sendiri.

Hari itu, di Rumah Sakit Swasta depan toko mereka, ada kegiatan kerja bakti bersama. Sebuah Rumah Sakit sedang mengadakan gotong royong besar-besaran untuk membersihkan lingkungan internalnya.

Semua orang dikerahkan untuk ikut serta. Karyawan rumah sakit pun turun tangan. Namun, ada satu orang karyawan yang tidak mau terlibat. Ia malas, mencari alasan, lalu memilih bersembunyi di warung Bavik yang letaknya memang agak terlindung dari pandangan banyak orang.

Awalnya Bavik tidak keberatan. Ia hanya menyangka orang itu sekadar mampir. Tetapi masalah muncul ketika si karyawan itu menyalakan rokok, mengisap dalam-dalam, dan menghembuskannya berkali-kali.

Asap pekat menyesaki ruangan kecil warung, membuat Bavik yang sudah kelelahan tidak nyaman. Hidungnya mulai gatal, ia bersin-bersin, dan dalam hitungan jam pilek ringan menyerangnya.

“Ah, mungkin cuma alergi biasa,” pikir Bavik sambil tetap memaksa melayani pembeli dan mengurus ikan.

Namun, bersin itu tidak berhenti. Malamnya, tubuhnya terasa hangat, kepala berat, dan tenggorokan mulai perih. Pilek itu berkembang, dan dalam beberapa hari ke depan, Bavik jatuh sakit cukup parah.

Banyak orang sering berkata bahwa beban keluarga seharusnya dipikul bersama. Namun kenyataannya, selalu ada satu orang yang menanggung lebih banyak daripada yang lain.

Lihat selengkapnya