“Gue tidak bisa langsung keluar mencarinya, karena harus membujuk anak-anak kita terlebih dahulu supaya mau makan dengan sayur seadanya yang telah gue masak itu. Tahulah mereka kan sangat cerewet kalau sayurnya bukan mie instan atau sosis, mereka tidak mau makan. Padahal abang tahu kan jika barang-barang itu tidak baik kalau dikonsumsi terus menerus dalam jangka panjang?”
“Ya … Memang sih Dek,” sahut Otong membenarkan isterinya. “Memangnya adek memasak sayur apa pada hari itu?”
“Abang tahulah keuangan kita kan sedang seret. Jadi gue hanya membeli keladi, telur ayam dan membuat sambal cabai rawit dicampur terasi dan tomat.”
“Telurnya lu goreng, ndak?”
“Ndaklah, Bang. Kan lu sendiri yang bilang jangan suka menggoreng telur, nanti mereka terbiasa konsumsi makanan berlemak. Jadi gue rebus utuh satu orang satu biji.”
“Termasuk kakeknya?”
“Ya … Termasuk kakeknya.”
“Truuuss, kakeknya tadi bagaimana?”
“Setelah mengomeli anak kita panjang pendek, gue segera keluar rumah untuk mencarinya. Tetapi gue tidak melihatnya di luar rumah. Puas juga gue melihat ke kiri dan ke kanan, tetapi kakeknya sama sekali tidak kelihatan.
“Gue panggil berkali-kali, tetapi sama sekali tidak ada jawabannya. Jadi gue pikir ayah lu keluar ke mana gitu atau ke tempat adik Abang. Jadi gue segera masuk lagi ke dalam rumah untuk makan.”
“Urusan mencari kakeknya gue pikir nantilah di urus setelah gue makan, soalnya gue sudah lapar juga karena tidak sempat sarapan dari paginya.”
Otong tercenung, karena dia paham akan keras kepalanya almarhum ayahnya. Dia kalau tidak senang dengan sesuatu maka dia akan lari ataupun merajuk atau malahan membuat tindakan yang emosional.
“Lalu setelah lu makan, bagiamana lagi ceritanya?” tanya kemudian pada isterinya.
“Sehabis makan gue keluar lagi. Gue cari di sekeliling rumah, tetapi tidak ada. Lalu gue pergi ke rumah adik gue yang di darat kita itu dan gue cerita padanya, siapa tahu dia ada melihat ayah mertua itu. Tetapi dia bilang tidak ada melihat siapa-siapa.”
“Lalu sampai ayah ketahuan telah meninggal itu bagaimana ceritanya?”
“Belum. Belum sampai ke sana, bang.”
“Masih panjang ceritanya nii?”
“Yaa. Karena setelah gue tidak menemukan dia di mana-mana, akhirnya gue telpon adik lu. Tetapi setelah mengatakan bahwa ayah lu tidak ada di rumahnya, gue minta tolong dia untuk datang agar sama sama mencarinya. Tetapi setelah berkali-kali gue telpon dan katanya selalu pasti datang tetapi tidak juga nonggol, akhirnya gue menyewa ojek untuk pergi ke rumah adik lu itu.”