“Entahlah, Bang. Mungkin juga lu benar. Karena antara mengantarkan dan menemani itu perbedaannya tipis sih,” sahut Athalia. “Jadi susah dibedakan.”
“Jelas bedalah, Dek. Kalau mengantar itu hanya sampai di tempat pertemuan saja dan setelah itu pengantarnya pulang, nanti baru menjemput lagi setelah di hubungi. Tetapi kalau menemani itu, dia ikut masuk bersama mereka dan mengikuti acaranya sampai selesai, nantinya setelah acaranya rampung maka akan pulang bersama-sama.”
“Yalah Bang,” sahut Bavik agak enggan adu argumentasi dengan suaminya.
“Lalu apa tindakannya mereka setelah melihat ayah kami terapung seperti itu?”
“Ndak ada.”
“Ndak ada? Apa tidak segera terjun ke kolam?”
“Ndak.”
“Aneh.”
“Itu juga yang di bilang oleh orang-orang yang datang termasuk para polisi.”
“Mereka bilang apa?”
“Mereka bilang mengapa nggak terjun mengambil mayat ayahnya?”
“Terus dia bilang apa?”
“Dia tidak bisa terjun, karena masih memakai seragam Korpri.”
“Lalu siapalah yang terjun mengambilnya?”
“Tetangga sebelah. Dia yang terjun dan menepikan mayatnya sehingga bisa diangkat ke tandu. Kemudian beberapa orang umum serta polisi dan beberapa tenaga kesehatan membawanya masuk ke ambulance dan di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah untuk di visum.”
“Oohh. Jadi begitu, kata Sangen. “Lalu polisi bertanya segala macam itu ada apa, Dek?”
“Mereka curiga jangan sampai ayah mertua itu meninggal karena ada unsur kekerasan. Jadi hasil otopsi di gabung dengan hasil pemeriksaan terhadap kami, baru mereka mengambil kesimpulan.”
“Lalu hasil otopsinya bagaimana?”
“Hasil otopsinya menunjukan tidak ada tanda-tanda kekerasan dan dia meninggal sepertinya karena memang tenggelam.”
Astaga, keluh Otong dalam hatinya. Apakah karena besi kuningnya itu? Di jaman manusia sudah mengirim wahana ke planet Mars seperti ini, apakah hal-hal primitif seperti itu masih dipercaya?
“Jadi kalian amanlah, Dek?”
“Ya Bang. Puji Tuhan, kami aman-aman saja.”
“Okay lah, Dek. Gue mau mengajak Busang untuk makan dulu, dari tadi pagi kami dua tidak ada masak. Karena besok dia mau ujian skripsi, jangan lupa doakan anakmu, ya.”
“Ya, Bang. Pasti.”