Otong dan Busang segera kembali lagi ke rumah adik Bavik tempat mereka kost, karena tidak jadi pulang kampung pada malam itu. Meskipun hatinya kesal, tetapi Otong tidak bisa berbuat apa-apa.
Tetapi yang namanya musibah itu memang tidak bisa diprediksi, meskipun sebenarnya masing-masing individu manusia seharusnya berusaha yang pada akhirnya secara bersama bisa menghindarkan musibah.
Taksi yang beroperasi di sepanjang jalur jalan provinsi ini hanya sekali saja dia pernah naiki, waktu itu ceritanya dia menumpang mobil kawannya untuk pergi ke kota gubernuran. Kawannya ini memang jagonya kebut-kebutan, kalau waktu tidak terpaksa maka Otong sama sekali tidak akan pernah mau menumpang kawannya itu.
Karena santer tersiar khabarnya jika kawannya ini memang rajanya ngebut di daerah mereka, sampai-sampai dia pernah membuat mesin sepeda motor Suzuki TRS terjatuh dari bodynya ketika sedang off road.
Orangpun pada bingung bagaimana caranya dia mengendarai sepeda motornya sampai mesinnya bisa terjatuh begitu?
Begitu juga ketika dia pernah membawa Mitsubsihi Marven ketika off road juga, springnya juga sampai pernah terjatuh beberapa buah di jalan, sehingga membuat bingung orang-orang yang menolongnya.
Pada saat Otong ikut kawannya itu mereka melakukan perjalanan malam hari dengan mengendarai sebuah Toyota Fortuner 4 x 4, kecepatan pada speedometer di dashboard sudah menunjukan pada angka 142 kilometer perjam.
“Kawan, jangan terlalu cepatlah,” kata Otong memperingatkannya.
“Tenang, Bro. santai saja, ini belumlah laju. Kita baru pada 140 lebih perjamnya,” sahut kawannya tetap santai sambil memperbesar volume house music mereka.
Tangannya yang sedang di atas stir malahan sambil meggetuk-ngetuk mengikuti irama music.
“Jangan lupa kawan, di rumah kita punya anak dan isteri. Kalau ada apa-apa dengan kita, maka isteri kita akan menjadi isteri orang dan anak kita akan menjadi anak orang,” kata Otong kembali mengingatkannya.
“Tenang saja kawan,” katanya tetap santai.
Tidak lama berselang, Otong mendengar sebuah bunyi berderak yang sangat keras dan terasa mobil yang mereka naiki itu bergetar sedikit diikuti teriakan para penumpang.
Akhirnya kawannya melambatkan laju mobilnya lalu menepi dan berhenti di tepian jalan provinsi itu. Otong dan kawannya segera keluar dari mobil dan turun ke tanah yang diikuti oleh para penumpangnya juga.
Mereka menghidupkan lampu ponsel mereka untuk bisa melihat apa yang terjadi.
Setelah mereka memperhatikannya, ternyata kaca spion bagian sebelah kanan hancur dan tinggal bingkainya saja yang juga sudah tidak utuh lagi. Sebagian pecahannya menghantam kaca mobil sebelah kanan pengemudi sehingga retak, bergaris dan kabur.
Berjalan mengendarai mobil tanpa ada kaca spion sangatlah berbahaya, sehingga mereka memutuskan untuk naik taksi saja di kota berikutnya.
Akhirnya mereka kembali berjalan menuju kota berikutnya itu dengan perlahan-lahan dan naik taksi di sana. Setelah terjadi kesepakatan harga, maka mereka pun berangkat.
Harga taksi itu terhitung harga carter, karena hanya mereka yang berada di sana. Sementara Toyota fortunernya dititipkan pada seorang kenalan di kota itu dan untuk diminta diantarkan ke bengkel esok harinya.
Otong segera membisiki sopirnya, agar mengendarai taksinya jangan terlalu laju. Sopirnya hanya mengiyakan saja tetapi sempat tersenyum sinis, sesuatu yang tidak dipahami oleh Otong pada awalnya.
Ketika mereka berangkat, maka taksi itu berjalan normal, sama sekali tidak ngebut. “Syukurlah, pikir Otong . Berarti sopirnya mendengarkan sarannya.
Tetapi meskipun begitu, Otong sama sekali tidak berani duduk di depan di dekat sopir, dia biarkan kawannya yang duduk di sana. Sementara dia duduk di bangku bagian tengah, bersama para penumpang lainnya yang masih merupakan keluarga kawannya ini.
Karena perjalanan masih jauh, maka satu jam kemudian Otong tertidur sehingga sampai bermimpi. Suatu saat dalam mimpinya dia merasakan terbang dengan pesawat, entah bagaimana pesawatnya jatuh di lautan sehingga Otong merasakan guncangan yang sangat kuat.
Tetapi tidak lama Otong tersadar dan itu rupanya bukan guncangan karena pesawat jatuh diatas permukaan air laut, tetapi taksi mereka melaju dengan sangat cepat bahkan melebihi kecepatan kawannya tadi dan beberapa kali terhempas dan terlambung ke udara saking cepatnya.