Satu Hati Dua Cinta

Yovinus
Chapter #188

188-Pensiunan Ayah Untuk Adik Tiri

 

Hari itu gerimis turun, tipis-tipis saja, masih sanggup ditembus oleh siapa pun yang daya tahan tubuhnya lumayan.

Namun udara terasa sangat dingin, sehingga sejak pagi Otong enggan mandi. Ia memilih berdiam di rumah, sibuk menuntaskan novelnya yang berjudul “Orang-Orang di Atas Angin”.

Novel itu berkisah tentang orang-orang yang merasa diri mereka hebat hanya karena sedang memegang tampuk kekuasaan.

Komputer Otong saat ini di simpannya di ruang keluarga, yaitu pada sudut paling kiri bagian belakang di dekat dinding. Hal ini sengaja dia lakukan seperti itu, karena dengan demikian dia bisa mengawasi semua bagian rumah kecuali dapur.

Dia bisa memonitor siapa saja yang datang di arah luar karena mejanya langsung menghadap ruang tamu dan pintu masuk serta juga melalui kaca rayban di dinding ruang tamunya dia bisa melihat langsung keluar.

Dia juga bisa sambil mengawasi kegiatan anaknya yang bungsu yang sudah masuk kelas satu SMP. Sementara abang dan kakaknya yang nomor dua dan tiga sudah mengikuti tes tertulis masuk Perguruan Tinggi Negeri, sekarang hanya tinggal menunggu hasilnya saja.

Anaknya ini perlu dia awasi dalam hal olah raga, belajar dan membantu mamanya bekerja. Karena Otong tidak mau anak-anaknya jadi pemalas, sehingga dia menerapkan standar paling tidak anak-anaknya semuanya bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengurusi makanannya sendiri.

Selain itu juga anak-anaknya dia wajibkan mereka minimal menguasai pelajaran yang diberikan oleh sekolah yang sesuai dengan kurikulum pendidikan yang sedang di pakai, sehingga mereka tidak tertinggal dari anak-anak lainnya di seluruh Indonesia.

Di saat Otong sedang asyik mengetik novelnya itu, dia mendengar ada suara sebuah sepeda motor berhenti di depan rumahnya. Otong melihat dua orang wanita dan satu orang anak laki-laki kecil turun dari motor, tetapi karena mereka masih menggunakan helm sehingga dia tidak kenal siapa mereka.

Otong lalu segera berjalan ke arah luar dan mengintip mereka dari balik kaca rayban jendelanya, tetapi dia tetap tidak mengenal siapa mereka itu, meskipun helmnya sudah di buka. Tetapi karena mereka memang menuju rumahnya, maka Otong segera saja membuka pintu depan dan menyapa tamu yang tidak dikenalinya itu.

“Selamat pagi … Maaf, mau cari siapa ya?” tanya Otong ramah.

“Selamat pagi juga. Maaf juga, apakah ini rumahnya, Nak Otong ?” sahutnya balik bertanya.

“Betul,” jawab Otong. “Ada yang bisa di bantu, Bu?”

“Apakah anak yang bernama Otong?’

“Betul Bu,” sahut Otong lagi dengan perasaan bingung dan penuh tanda tanya.

“Saya Mama tirimu, Nak Otong. Ini adik tirimu dari ayah yang berbeda sedangkan yang kecil ini adikmu dari ayahmu almarhum.”

“Ooh,” sahut Otong kaget. “Masuklah, Bu. Kedalam!” sapa Otong sambil menyalami mereka.

Lihat selengkapnya