Namanya Bobo.
Ia bukan tokoh kartun. Bukan pula selebriti TikTok yang viral karena berjoget lucu. Ia hanya seorang pria bersahaja berusia empat puluh, yang setia duduk di balik meja kayu tua di ruang Tata Usaha SD Negeri Cakrawala—sekolah dasar kecil di kaki Gunung Ciremai.
Bagi sebagian orang, operator sekolah hanya sebatas “yang ngurusin data”. Tapi bagi Bobo, pekerjaan ini bukan cuma mengetik laporan atau mengurus akun dapodik. Ini soal menjaga detak jantung sekolah tetap berdetak—meski seringkali dalam diam.
Setiap pagi, saat langit desa masih tertutup kabut tipis, Bobo sudah duduk di depan laptop tuanya. Laptop dengan keyboard yang beberapa hurufnya sudah hilang, layarnya retak di sudut kanan, dan kipasnya berisik seperti mesin bor. Tapi dari perangkat itulah, ribuan file lahir: laporan BOS, absensi siswa, rapor digital, undangan resmi, berita acara, hingga surat cinta kepala sekolah ke dinas pendidikan.
“Pak Bobo, file rekap kemarin sudah dikirim belum?” tanya Bu Rina, guru kelas tiga, sambil terburu-buru masuk.