Satu Lagu, Dua Hati

Nurul Adiyanti
Chapter #24

Pulang

Suara ketukan sepatu di lantai keramik semakin jelas terdengar, mendekat perlahan. Gian bahkan sudah tahu siapa yang datang sebelum pintu terbuka. Benar saja, Bu Ranti baru saja pulang bekerja dan segera menuju kamar rawat Lyana, berniat menjemput putrinya pulang ke kost.

“Pagi, sayang. Eh, ada Gian juga rupanya.” Senyumnya lembut, matanya bergantian menatap Putrinya dan pemuda yang duduk di sampingnya.

“Gian selalu nemenin aku kalau Ibu nggak ada,” ujar Lyana sambil melirik Gian.

“Iya, Bu. Gian nggak pernah jauh dariku,” tambahnya setengah menggoda. Bu Ranti tertawa kecil.

“Wah, makasih banyak ya, Nak Gian. Tapi... bukankah kamu juga masih sakit? Harusnya istirahat, bukan malah sibuk nemenin Lyana.”

“Benar, Bu,” sahut Lyana cepat, menyilangkan tangan di dada dan melirik Gian dengan tatapan pura-pura kesal.

“Dia bandel banget, susah dibilangin supaya istirahat di kamarnya sendiri. Malah betah nemenin aku di sini.” Gian terkekeh lalu menjepit hidung Lyana dengan dua jarinya.

“Sekarang kamu pintar ngadu, ya?” Lyana mendorong tangannya.

“Ya biar kamu cepat sembuh juga. Lagian nggak bosan apa di tempat bau obat begini? Aku aja bosan loh,”

“Aku udah sembuh kok, tinggal rawat jalan aja beres deh,” jawab Gian santai.

“Kalau begitu...” Bu Ranti menjeda kalimatnya.

“Kalian kan sudah diizinkan pulang, kenapa nggak sekalian pulang bareng saja?” Mendengar itu, wajah Gian dan Lyana langsung berseri.

Hari kepulangan pun tiba, meski sempat berdebat dengan Mamanya, Gian akhirnya diizinkan pulang dari rumah sakit.

“Kamu yakin sudah sembuh? Cukup rawat jalan saja?” Tanya Sang Mama dengan wajah khawatir.

“Iya, Ma, aku ingin menjalani hidupku sendiri, Mama jangan terlalu cemas,” jawab Gian tegas, sedangkan Mamanya sendiri menghela napasnya.

“Baiklah, Mama setuju kamu keluar dari rumah sakit, tapi syaratnya, kamu harus diantar Naomi.” 

“Ma! Naomi itu...”

“Nurut, atau Mama nggak akan izinkan kamu ketemu Lyana lagi.” Gian terdiam, lalu menarik napas panjang.

“Nggak bisa, Ma. Aku sudah berjanji dengan Lyana. Ingat, kata Dokter waktu itu kan? Kalau aku mau benar-benar pulih, aku harus menemukan kebahagiaanku, dan kebahagiaanku ada pada Lyana. Kalau Mama menentang itu...” Ia menatap Mamanya dalam, “Berarti Mama ingin aku mati.”

“Gian!” bentak Sang Mama, tapi Gian hanya mengambil tasnya.

“Aku akan kembali ke kost, kalau Mama mau tetap di sini, terserah.”

Mamanya hanya bisa terdiam, sementara Gian melangkah keluar. Mereka pun pulang dengan mobil berbeda, Gian kembali ke kost, sedangkan Ibunya pulang ke rumah.

Lihat selengkapnya