Satu Lagu, Dua Hati

Nurul Adiyanti
Chapter #36

Apakah Ini Jebakan?

Suasana ruang tamu keluarga Gian sore itu terasa lebih berat dari biasanya. Tirai berwarna cream itu bergoyang lembut diterpa angin, namun tak ada yang bisa melembutkan wajah tegang Nyonya Bella. Ia duduk di sofa dengan wajah penuh kecemasan, sementara di hadapannya telah berdiri Naomi, perutnya mulai terlihat membesar di balik gaun longgar berwarna biru muda yang dipakainya.

“Tante, bukankah Anda sudah tahu kalau kehamilanku semakin hari semakin besar?" Nyonya Bella mengangguk.

"Tapi aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Naomi. Kamu tahu sendiri kan, kalau tidak mudah membujuk Tuan Keano?"

"Aku tidak peduli! Tante harusnya memahami, waktu semakin berjalan! Perutku yang semakin besar ini, membuat orang-orang akan mulai bertanya ktika di kampus. Kalau Gian tidak segera menikahiku, akan kupastikan nama baik keluarga kalian hancur!” Suara Naomi terdengar bergetar, campuran antara tuntutan dan rasa putus asa yang sudah menguasai dirinya. Nyonya Bella menghela napasnya berat karena selalu tidak bisa menentang Suaminya sendiri.

“Aku tahu, Naomi, tapi Gian sendiri sudah jelas-jelas menolak. Dia... dia bahkan semakin jauh dari kita sejak kariernya mulai naik. Begitu pula dengan Tuan Keano, kamu tahu sendiri kan? Sangat tidak mudah untuk membujuknya? Aku sudah berusaha membujuknya, tapi dia tidak pernah berada di pihak kita.” Jelas Nyonya Bella.

“Maka dari itu, Tante harus lebih tegas!” Naomi langsung duduk di samping Nyonya Bella, menggenggam tangannya erat.

“Kalau Tante benar-benar sayang sama Gian, kalau Tante mau melindungi masa depannya, maka satu-satunya cara ya menikahkan aku dengan dia. Aku ini mengandung darah dagingnya, masa Gian bisa lari dari tanggung jawab?”

Nyonya Bella terdiam, wajahnya murung tapi hatinya memang masih ingin membela Naomi. Namun sebelum Ia sempat menjawab, suara berat terdengar dari arah tangga.

“Cukup untuk menghasut keluarga kami lagi, Naomi!” Bentak Tuan Keano yang turun turun dari dengan langkah begitu cepat menuju lantai dasar. Tatapannya tajam menembus Naomi, lalu beralih ke Istrinya yang masih tidak punya prinsip karena sudah terpengaruh dengan Naomi.

“Aku sudah dengar semuanya dari atas, kalian berdua harus berhenti membuat keputusan bodoh!”

“Sayang, jangan bicara begitu di depan Naomi. Gadis ini sedang hamil anak Gian, dia hanya butuh kepastian!” Sahut Nyonya Bella yang masih saja membela Naomi. Namun Tuan Keano mengangkat tangannya, memotong kalimat Istrinya.

“Kalau kamu waras, Naomi, kamu pasti gak akan nuntut Gian buat nikah. Apalagi Gian juga sudah punya pacar, tidak semudah itu untuk membuatnya menikahimu. Lagi pula, kalau dipikir-pikir... dalam kondisi kamu sedang hamil, kamu pikir di KUA mengizinkan untuk menikah? Mikir pakai otak, jangan hanya mengandalkan perasaan! Dasar menyusahkan!” Naomi terbelalak, wajahnya memerah.

“Jadi... Tuan Keano gak mau mengakui anak ini? Gak mau tanggung jawab atas apa yang sudah Gian lakukan padaku, begitu? Nyonya Bella, lihatlah, Tuan Keano sebegitu tidak menyukaiku kah sampai tidak mau mengakui cucunya yang akan lahir ini?" Naomi mulai terusak dan memeluk Nyonya Bella.

“Ya, karena kamu memang menyusahkan Gian dan selalu membuat onar di keluarga kami! Jangan harap setelah menghasut Bella, aku bisa langsung merestuimu, tidak sama sekali!” Sahut Keano tegas.

“Dan kalau kamu masih punya otak, Gian itu punya masa depan. Dia baru saja menapaki jalan kariernya, kalau kamu terus-terusan memaksa, kamu hanya akan menghancurkan hidupnya. Anak yang kamu kandung bisa tetap diakui, bisa tetap diasuh, tapi bukan di keluarga kami, asuh dan besarkan saja sendiri! Toh juga belum tentu itu murni anak Gian!" Kata Tuan Keano remeh.

Lihat selengkapnya