Satu Langit Dua Cerita (Kosakata Cinta di La Sorbonne)

Martha Z. ElKutuby
Chapter #3

Pertemuan Dua Bunga

Pagi-pagi grup whatsapp simposium sudah dihebohkan dengan pesan-pesan Rudi yang mengajak untuk bertemu di kampus atau dimana saja untuk membahas kelanjutan proposal simposium ke Pakistan. Masih banyak kendala buat mereka yang belum berpengalaman. Hanya Kayla yang terlihat santai.

Hati Kayla masih menolak Mustofa untuk ikut dalam simposium ini. Entah harus dengan apa Kayla mencari alasan untuk menghindarinya. Ada saja berbagai alasan yang keluar dari mulut Mustofa agar dia bisa ikut dengan Kayla. Kayla tak bisa menolak dan tak kuasa untuk menolaknya.

Kegalauannya merubah semua isi rencananya dengan teman-temannya yang akan ke Pakistan. Rudi dan Hasbi juga sedikit bingung melihatnya sering melamun dan kebingungan.

“Aku heran sama Kayla. Awalnya dia masih semangat diajak diskusi. Kali ini sejak Mustofa masuk. Dia sepertinya tidak suka,” Hasbi membuka obrolan dengan Rudi.

Mereka sedang melepas lelah di kantin kampus. Menemani Rudi yang hobi makan. Sedikitnya sekali duduk di kantin bisa menghabiskan uang diatas seratus ribuan. Hanya Hasbi yang sabar menghadapi tingkah Rudi yang begitu.

“Ah. Kamu bisa aja bilang begitu. Memangnya mereka punya hubungan apa?”

“Aku tak tahu. Ini patut aku cari tahu.”

“Buat apa sih kamu urusin itu? Kamu suka ya sama Kayla? Haha.”

 Rudi berusaha menebak wajah bingung Hasbi. Seolah-olah rasa yang disimpannya membuncah keluar tanpa permisi. Wajahnya memerah dan menjadi panas. Mau tersenyum pun tak bisa. Dia mengalihkan pandangannya ke botol minuman terkenal di Indonesia. Sosro!

“Apaan, sih? Sok tahu kamu!”

“Haha. Udah yuk! Aku mau ngajak mereka kumpul lagi sama Kak Hanifa.”

“Kapan?”

“Besok!”

***

“Kamu ada hubungan apa dengan Hasbi?”

Tiba-tiba saja Mustofa mengirimkan pesan yang membuat Kayla kaget dan sangat tidak suka dengan sikap Mustofa. Setelah dibaca berulang-ulang, Kayla merasa pesan itu tak penting sedikit pun untuk ditanggapi. Namun, dia memang sudah tak tahan lagi untuk melanjutkan ini semua dengan Mustofa.

“Maksudmu apa?”

“Mengapa kamu begitu cuek dan tak memandangku sebagai kekasihmu?”

“Bukankah itu semua akan ada bila sudah sah?”

“Hanya omong kosong saja sah atau tidak. Yang jelas, kita sudah merencakan ini sejak lama.”

Lihat selengkapnya