“Sudah selesai, Rud?”
Ada pesan singkat dari Kayla. Kayla masih menanyakan proposal keberangkatan mereka ke Pakistan. Ada rencana juga untuk singgah ke Madinah. Namun, mungkin itu hanya isu singkat saja.
“Sudah. Tadi Kak Hani sudah kirimkan lagi desainnya.”
“Oke.”
“Minggu depan kita sudah bisa sebarkan.”
“Sip!”
Kayla menutup whatsapp singkat dengan Rudi. Baru saja Rudi merasa lega setelah semua ini selesai. Saatnya mereka menentukan kemana saja proposal ini akan disebarkan. Masih bertanya kepadaku untuk cara-cara mencari link sponsor untuk mendapatkan biaya keberangkatan mereka.
Aku menjelaskan secara detail apa saja yang menjadi syarat untuk bisa menembus beberapa instansi dan perusahaan. Semuanya harus sesuai dengan kebutuhan yang mensponsori. Feedback yang dibuat juga harus sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
“Kalian ini akan ke Pakistan, pasti bawa nama. Ini misinya untuk pendidikan. Salah satu kemungkinan besar adalah menggunakan CSR dari beberapa perusahaan dan instansi. Kedutaan Pakistan dan perusahaan besar Indonesia.”
“Trus, Kak?” sela Rudi.
“Kamu bisa antar kesana. Trus, bisa saja ke perusahaan penerbangan untuk mendapatkan biaya tiket. Ke Semen Indonesia, dan lain sebagainya.”
“Kapan kita berangkat, guys?” Rudi langsung menyalib penjelasanku di grup whatsapp itu.
“Kita atur jadwal kuliah dulu, Rud.” Balas Kayla.
“Yaudah. Kalian semua kirimkan jadwal freenya disini.”
“Kak Hani ikut, kan?” tanya Kayla secara pribadi.
“Ikut kalau masih ada waktu kosong.”
“Aku bareng kakak aja, ya. Aku nggak mau diajak Mustafa.”
Lama grup itu heboh. Mustafa muncul dengan gamblangnya. Dia menyela semua pesan grup. Dia memaksakan kalau dia mau pergi dengan Kayla. Kayla tentu saja menolaknya. Kayla tidak mau bertemu lagi dengan Mustafa.
“Aku pergi bareng Kak Hani saja besok. Besok kita free.”
“Bareng aku, dong!” sahut Mustafa.
“Kamu pergi bareng yang lain aja. Aku Cuma punya waktu besok. Maaf, ya!”
“Shiit..!”
Mustafa kesal dengan jawaban Kayla yang sangat lugas dan juga tanpa ada kalimat yang disembunyikan. Kayla mencoba untuk tidak berbasa-basi terlalu panjang. Demi menghindari debat kusir dengan Mustafa. Rudi akan sangat gerah bila Kayla dan Mustafa sering debat.
Kayla menarik napas pelan dan dalam. Seolah-olah nyawanya baru saja terselamatkan dari cengkraman Mustafa. Sudah alasan yang ke sekian kalinya Kayla tujukan kepada Mustafa. Tetap saja Mustafa keras untuk mengajak Kayla pergi berduaan.
Hanya menerima rasa cinta yang terpaksa. Kayla saat ini juga merasa terpaksa untuk mencintai Mustafa. Banyak ancaman dan tekanan dari Mustafa yang membuat Kayla seperti orang stress. Kadang dia melamun sendiri bahkan kadang pun dia pusing sendiri.