“Ada kabar baikkah?” Mustafa dengan semangat bertanya kepada Azeeb.
“Belum ada, Mus! Pagi ini aku akan bertemu Rudi.”
“Anak bangsat itu sudah menolak tawaranku kemarin.”
“Maksudmu?”
“Kamu nanti akan mengerti!”
Penjelasan Mustafa yang panjang lebar membuat Azeeb mengangguk-angguk paham melalui telepon. Memang mereka semua terlihat sangat bersahabat dulunya ketika ada perkumpulan. Saat ini, hanya sebuah dendam dan rasa cinta buta Mustafa membuat mereka terbelah.
Jelas saja Mustafa tidak sabar untuk mendapatkan Kayla secepatnya. Dia sangat antusias dan bersemangat sekali untuk merebut Kayla dari siapapun laki-laki yang mendekati Kayla. Sungguh rumit kisah cinta Mustafa ini. Hingga dia melupakan mana sahabat dan lawannya sendiri.
“Aku sudah di depan Minar. Kamu dimana?”
“Sedang menuju lokasi. Wait me!”
Minar-e-Pakistan! Jika di India ada Qutub Minar, maka di Pakistan ada Minar-e-Pakistan. Monumen nasional Pakistan yang terkenal. Monumen ini dibangun sebagai tanda atau kenangan atas berdirinya negara Pakistan pada tahun 1940, tepatnya 23 Maret 1940. Monumen ini memiliki tinggi enam puluh dua meter. Fondasi dibawahnya berbentuk seperti bintang lalu diatasnya ada semacam bentuk bunga yang tengah mekar. Di atasnya berdiri menara yang menjulang sebagai lambang berdirinya negara Pakistan.
Monumen ini mulai dibangun tahun 1960 dan kerap ramai dikunjungi pada sore hari. Disini tergabung beberapa penduduk yang menikmati keindahan Minar-e-Pakistan. Sering juga diadakan acara-acara live sederhana untuk menambah indahnya monumen ini.
“Bagaimana kabarmu?” Azeeb bersalaman dengan Rudi.
“Sungguh lancar kamu menggunakan bahasa Indonesia. Belajar dari mana?”
“Ah, kamu bisa saja. Aku mempunyai banyak teman dari Indonesia.”
“Good! Aku alhamdulillah baik. Bagaimana denganmu?”
“Me, too!”
Mereka berjalan santai menikmati keindahan monumen kebanggaan Pakistan itu. Membeli beberapa minuman dingin dan roti Pakistan. Banyak orang-orang yang berjualan di area monumen ini. Sebagai sumber penghasilan, kebanyakan mereka berjualan sore hari.
Azeeb selalu menikmati setiap perkataan Rudi yang antusias bercerita tentang Indonesia dan beberapa kegiatannya. Rudi sangat terbuka dan dia memang sangat bersahabat. Walaupun sedikit egois untuk masalah perut dan mata. Sekali-sekali mereka tertawa bersama.
Kepandaian Azeeb bermain drama sangat diacungi jempol. Sampai saat ini pun kepolisan Pakistan sangat susah mendeteksi dia sebagai penikmat narkoba. Bahkan, dia pernah terlibat bisnis gelap sabu-sabu. Mengerikan memang! Dalam pertemuan mereka ada Mustafa di belakang yang menyimpan dendam untuk Rudi.