Aku berjalan sendiri melewati jalanan di sekitar hotel. Aku masih berpikir ini semua ulah siapa. Kalau benar Mustafa, siapa yang dimintanya untuk memata-mataiku dan Rudi. Aku tidak habis pikir apa maunya Mustafa. Bukankah cinta itu tak harus memiliki.
Tiba-tiba ingatanku kepada Kayla. Aku merasakan hal yang buruk juga sedang terjadi dengan Kayla di Sorbonne. Mustafa punya banyak jaringan yang luas. Mengingat dia juga pintar dalam berorganisasi juga banyak menguasai bahasa asing. Bisa saja dia akan menjaring semua teman-temannya di luar sana.
Apalagi setelah selesai MUN Malaysia dulu itu. Dia menjalin hubungan dekat dengan teman-teman luar negeri. Bukan tidak mungkin buat Mustafa. Urusan uang dan bayaran buatnya gampang. Disamping menyelesaikan kuliahnya. Dia juga pebisnis.
Koperasi kampusnya sudah berhasil dipegangnya. Pengelolaannya yang memang sederhana membuatnya aktif dalam berbisnis pribadi di rumah. Hidupnya sudah lama mandiri. Sejak ayahnya meninggal, dia sudah mulai mencari uang sendiri. Hanya saja, dia agak egois dan keras hati.
“Siapa kamu?”
Seseorang menarik tubuhku dan menutup mulutku. Aku kaget. Sajeed berani-beraninya memperlakukanku begini.
“Apa maumu?”
“Sudahlah, Han! Mengalah saja. Biar Rudi di penjara.”
“Maksudmu?”
“Dia memang pantas menerima itu.”
“Lepaskan aku! Jadi, kamu pelakunya?”
Sajeed hanya mencengir sombong. Dia mendekapku di antara gang sepi dekat hotelku. Delhi memang mengerikan secara tiba-tiba. Aku gemetaran. Ternyata, Mustafa sudah sukses memperalat semua temannya. Aku dan Rudi juga dikekang untuk sampai di Sorbonnne.
Aku tidak akan tinggal diam. Aku sudah punya foto Sajeed sejak dulu. Dia hanya berani mengancamku dan Rudi. Mustafa memang bejat. Berapalah uang yang dia keluarkan untuk memperburuk karakter sahabat-sahabat Rudi.
Aku bergegas menuju kantor polisi setelah lepas dari cengkraman Sajeed. Sajeed tidak jadi membawaku pergi. Ada orang yang lewat di gang itu. Membuat Sajeed ketakutan membawaku. Aku terengah-engah sampai di kantor polisi.
“Use mukt karo!64” aku menunjukkan kurungan besi milik Rudi.
“Tumhaara matalab hai?65” seorang polisi penjaga tahanan kaget.